Laman

Selasa, 31 Mei 2011

heartbeat korean movie

“Tidak semua hal bisa diukur dengan uang” pernyataan itu lah yang saya tangkap begitu selesai menonton sebuah Korean Movie terbaru, Heartbeat.
Yoon Hee, seorang wanita yang cantik, kaya, memiliki jenjang karir yang jelas sebagai direktur dari English Language Institute, seakan memiliki segalanya.
Bahkan sebuah keluarga yang harmonis beserta seorang putri cantik yang berumur 8 tahun, Ye Eun.
Namun sebuah peristiwa seakan mengubah jalan hidupnya. Begitu sang suami tercinta wafat, hartanya yang paling berharga adalah sang  putri, yang tak lama kemudian malah didiagnosa mengidap penyakit jantung kritis. Yoon Hee yang kini seorang diri harus berjuang dalam upaya penyembuhan anak semata wayangnya.
Segala upaya telah ditempuh. Mulai dari memasukkan putrinya ke rumah sakit ternama, mencari donor yang sesuai untuk anaknya, sampai menghubungi pasar gelap yang menjual organ tubuh secara ilegal.
Sebuah titik terang muncul ketika pasar gelap menyatakan bahwa ada sebuah jantung yang tersedia.
Donor berasal dari seorang ibu paruh baya yang dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma dan tidak sadar dari komanya setelah sekian lama.
Bahkan otaknya dinayatakan sudah tidak berfungsi. Dan Yoon Hee bersedia membayar mahal untuk donor jantung tersebut.
Namun beberapa saat menjelang waktunya operasi transplantasi jantung, tiba-tiba muncul Lee Hee-Do, putra dari wanita paruh baya yang sedang koma. Hee Do menolak menandatangani surat perijinan operasi.
Hee Do sebenarnya bukan seorang anak yang baik. Hee Do adalah seorang preman yang bahkan sering menipu ibunya untuk bisa mendapatkan uang lebih.
Tapi ketika tahu bahwa ibunya masuk rumah sakit dan jantungnya akan didonorkan kepada orang lain, Hee Do mulai menyesal dan ingin melindungi ibunya.
Tapi Yoon Hee tetap hanya memperdulikan keselamatan buah hatinya. Yoon Hee rela membayar beberapa kali lipat agar Hee Do memperbolehkan jantung sang ibu didonorkan. Tak hanya membayar lebih, Yoon Hee bahkan tak segan untuk memohon. Namun Hee Do tetap menutup mata.
Hee Do bahkan mulai curiga perihal pingsannya sang ibu. Apalagi ketika Hee Do mendapati bahwa pingsannya sang ibu bukanlah kecelakaan melainkan sebuah kesengajaan.
Ketika Hee Do sedang menyelidiki perihal keadaan sang ibu sampai terkapar koma, Yoon Hee malah menghalalkan segala cara agar transplantasi jantung dapat tetap dilakukan.
Hanya dengan satu jantung, Yoon Hee dan Hee Do sama-sama rela melakukan apa saja yang mereka anggap jalan terbaik untuk seseorang yang mereka cintai.

Full house

Inilah drama seri Korea yang “best seller” dengan tema cerita sederhana, namun dikemas dengan sangat memikat. Drama ini termasuk salah satu ikon Korea yang membuat banyak orang yang dulunya tidak menyukai Korea, akhirnya kepincut abis untuk terus menyaksikan drama Korea yang lain.
Dikisahkan tentang Li Yeong-jae, seorang aktor yang parlente dan tengah naik daun. Dalam perjalanannya ke Shanghai untuk pembuatan film terbarunya dengan artis lokal,ia dan Han Ji-eun (seorang gadis biasa yang cenderung naif) bertemu di pesawat. Han Ji-eun yang baru pertama kali naik pesawat dengan cuek bertanya ini itu bahkan memuntahkan makanan ke baju Yeong Jae. Dari sinilah “perjodohan” mereka sebenarnya telah dimulai.
Setelah Ji-eun pulang ke Korea, ia kaget karena rumahnya Full House yang dibangun almarhum ayahnya telah dijual oleh sepasang sahabat karibnya– yang merupakan satu-satunya sahabat yang dia punya. Lebih kaget lagi, karena yang membeli adalah Yeong Jae lewat perantara manajernya. Karena kasihan dengan Ji-eun yang telah yatim piatu dan sempat jatuh sakit, serta tidak punya siapa-siapa (karena temannya kabur entah ke mana), Li Yeong-jae menampung Ji-eun di rumahnya. Tapi ada syaratnya, Han Ji-eun harus mau bekerja sebagai pembantu — bersih-bersih dan memasak — karena Ji-eun juga harus membayar utangnya kepada Yeong-jae yang dipinjamkannya waktu di Shanghai.
Di sisi lain, Yeong-jae mencintai temannya semenjak kanak-kanak Hui-yuan yang juga menjadi desainer Yeong-jae. Namun ia bertepuk sebelah tangan, karena Hui-yuan justru mencintai seniornya Liu Mingge yang juga merupakan teman sepermainan Yeong-jae dan Hui-yuan sedari kecil.
Karena kesal cintanya ditolak, Yeong-jae melamar Ji-eun. Ji-eun yang tidak tahu apa-apa menolak mentah-mentah. Tapi ia luluh juga, karena ia diiming-imingi mendapatkan Full House. Ji-eun akhirnya setuju, karena perkawinan itu cuma kontrak 6 bulan, punya perjanjian tidak mencampuri kehidupan pribadi masing-masing, tidak ada kontak fisik, mendapatkan gaji sebagai istri, dan paling menggiurkan adalah mendapatkan Full House kembali. Perjanjian bisa batal– terutama hak mendapatkan Full House, jika membocorkan hal kawin kontrak ke pihak lain.
Sangat masuk akal, tinggal serumah, bertemu setiap hari,menumbuhkan benih-benih cinta di antara Li Yeong-jae dan Han Ji-eun. Meskipun pertemuan terbesar mereka adalah bertengkar, tidak mampu menghambat tumbuhnya benih cinta di antara keduanya. Bahkan Li Yeong-jae mencari-cari alasan untuk memperpanjang kontrak perkawinan menjadi 3 tahun.
Dalam perjalanannya, Han Ji-eun yang berprofesi sebagai penulis novel bertemu dengan Liu Mingge, orang kaya yang mempunyai perusahaan penerbitan. Bisa ditebak Liu Mingge yang sebelumnya acuh tak acuh dengan perempuan yang hanya mengejar-ngejarnya karena ketampanan dan kekayaannya, tergila-gila dengan Han Ji-eun yang polos.
Pertarungan pun dimulai. Liu Mingge yang geram melihat Li Yeong-jae yang sering menyia-nyiakan Ji-eun karena sibuk mengejar cinta Hui-yuan, berusaha menyenangkan dan selalu menjadi tempat curhat bagi Ji-eun. Li Yeong-jae pun dibakar api cemburu, meski di sisi lain tidak mau melepaskan Hui-yuan. Sedangkan Hui-yuan memanfaatkan Yeong-jae sebagai pelarian setelah cintanya ditolak Liu Mingge. Ia bertekad menghancurkan rumah tangga sahabat karibnya itu dan membawa kembali cinta Li Yeong-jae untuknya.
Meski sering bertengkar, berpisah dalam waktu lama dan “bercerai”, tidak membuat bara cinta antara Li Yeong-jae dan Han Ji-eun padam. Bahkan semakin menjadi-jadi. Cinta yang dipupuk oleh kebersamaan dan waktu itu membuat mereka akhirnya dipersatukan dalam mahligai rumah tangga yang seutuhnya dan sesungguhnya.

Para pemain Full House :


Rain Bi berperan sebagai Li Yeong-jae.
Li Yeong-jae digambarkan sebagai seorang aktor yang populer, dipuja banyak gadis, namun mempunyai kepribadian yang masih labil, bahkan cenderung masih kekanak-kanakan. Ini terlihat dari cara ia memperlakukan Han Ji-eun istrinya yang sering diperlakukan dengan tidak adil. Namun kekuatan cinta mengajarkannya untuk bisa berkorban dengan cara menjauh dan meninggalkan Ji-eun dengan tujuan istrinya tak bakal menderita lagi karenanya.
Song Hye-Gyo sebagai Han Ji-eun
Berperan sebagai gadis biasa yang cenderung naif,polos, jujur dan apa adanya. Meski sering dikatakan bodoh (burung bodoh) dan tidak mempunyai bakat dalam menulis oleh Yeong-jae, ia tidak pernah putus asa. Dengan bimbingan Liu Mingge, akhirnya ia bisa menjadi penulis novel sekaligus penulis skenario film yang laris dan berbakat. Dalam hati dan pikirannya ia tetap setia menyimpan cintanya rapat-rapat hanya untuk Yeong-jae, meski ada tawaran cinta tulus dari Liu Mingge.
Kim Sung-soo sebagai Liu Mingge
Dalam film ini ia berperan sebagai anak konglomerat yang kesepian jauh dari sanak saudara dan orang tua yang sibuk berbisnis di luar negeri. Ia mapan dan dikejar-kejar banyak wanita, tak terkecuali Hui-yuan yang hanya dianggap adik oleh Mingge. Sifat playboy-nya mendadak hilang setelah bertemu dengan Ji-eun yang tak peduli dangan kekayaan dan ketampanannya. Ji-eun tulus bersimpati untuk berteman dengan Liu Mingge, bahkan menemani Mingge saat ia berulang-tahun.
Han Eun-jung sebagai
Kurang lebih sama dengan karekter Liu Mingge, Hui-yuan adalah anak orang kaya yang juga kesepian. Kesibukannya sehari-hari adalah mengelola butik miliknya dan konsultan designer bagi Yeong-jae. Semula ia mencintai Liu Mingge yang suka melindunginya sewaktu kecil dari gangguan bocah laki-laki lain. Tapi karena ditolak, ia berbalik mengejar Yeong-jae yang kemudian disadarinya sebagai pelindung sejatinya. Ia tidak mau melepaskan Yeong-jae, meski tahu sahabatnya itu sudah menikah. Bahkan ia menantang Ji-eun untuk memenangkan cinta Yeong-jae

marry me mary

Korea seakan tidak penah berhenti memproduksi drama-drama andalannya. Kali ini, komik buatan Won Su-Yeon diangkat ke layar kaca dengan judul Marry Me, Mary. Film yang memiliki judul asli Maerineun Uibakjoong ini bercerita tentang seorang gadis muda bernama Wi Ma Rie yang harus selalu berpindah-pindah tempat tinggal karena ayahnya memiliki banyak hutang.
Debt collector sampai menyita semua barang di apartemen Ma Rie karena ayahnya tidak bisa membayar pinjaman uang.

Bahkan Mae Ri harus menitipkan televisi dan kopernya kepada tetangga agar tidak ikut disita.
Keadaan ini membuat Ma Rie tidak memiliki uang sehingga Ma Rie jarang pergi bermain bersama teman-temannya.
Namun suatu kali Ma Rie terpaksa harus pergi menjemput temannya yang sedang mabuk.
Setelah diiming-imingi bahwa akan dibayar, Ma Rie bersedia menjadi sopir temannya dan membawa teman-temannya untuk jalan-jalan di tempat sempit yang banyak pejalan kakinya.
Karena jalanan terlalu sempit, Ma Rie menabrak seorang pemuda yang tampangnya mirip gelandangan. Ma Rie panik lalu mengikuti ke mana pemuda itu pergi.
Ma Rie takut pemuda itu akan menuntut dan memeras mereka. Ternyata pemuda tersebut adalah Mu Gyul, seorang vokalis dari band terkenal.
Setelah melihat performance Mu Gyul, Ma Rie tetap mengikutinya.
Ma Rie bermaksud meminta Mu Gyul untuk menandatangani surat perjanjian bahwa peristiwa tabrakan itu tidak disengaja dan mereka telah berdamai.
Namun Mu Gyul menolaknya. Mu Gyul malah mengajak Ma Rie makan dan minum sehingga membuat Ma Rie mabuk berat.
Dalam keadaan mabuk, Ma Rie berkata bahwa ia ingin pulang dan Mu Gyul mengantarnya.
Namun tidak hanya sampai situ. Mu Gyul malah menginap di tempat Ma Rie dan tetap kembali walaupun telah diusir.
Tidak lama berselang, ayah Ma Rie datang. Ma Rie panik mendengar ayahnya pulang.
Dengan sigap Ma Rie menyembunyikan Mu Gyul di kamar mandi. Tapi hal ini diketahui oleh ayahnya. Dan Mu Gyul pun diusir.
Ayah Ma Rie tampak tidak senang dengan keberadaan pemuda yang menurutnya lebih layak disebut gelandangan.
Ternyata ayah Ma Rie telah berniat menjodohkan Ma Rie dengan anak temannya yang ganteng dan kaya raya. Semua itu hanya agar Ma Rie tidak lagi hidup susah.
Namun perjodohan ini ditolak Ma Rie mentah-mentah. Ma Rie lebih memilih kabur dari rumah.
Di perjalanan, Ma Rie kembali bertemu dengan Mu Gyul dan teman-temannya. Ketika mengecheck ponselnya, Ma Rie mendapati ayahnya terus menghubungi dirinya.
Ma Rie menyadari bahwa ia harus menghadapi semua ini. Atas dukungan dari teman-temannya, Ma Rie dan Mu Gyul pergi ke studio foto dan berfoto menggunakan baju pengantin. Mereka berpura-pura telah menikah. Lalu Ma Rie mengirimkan foto itu kepada ayahnya dan memberitahukan bahwa Ma Rie telah menikah dengan Mu Gyul dan sangat mencintainya.
Ayah Ma Rie sangat terkejut mengetahui semua ini. Dipikirnya Ma Rie telah benar-benar menikah. Akhirnya ayah Ma Rie membuat kesepakatan 100 hari. Bahwa Ma Rie bisa tetap bersama dengan orang yang dicintainya namun harus bersama juga dengan Jung In, orang yang dijodohkan dengannya.
Biasanya, kedua pihak, baik pihak pria maupun wanita akan menolak jika dijodohkan seperti ini. namun tidak dengan Jung In. Jung In sangat penurut. Termasuk ketika sang ayah menjodohkannya dengan Ma Rie, Jung In tidak menolak. Jung In pun setuju dengan perjanjian 100 hari tersebut. Karena perlahan-lahan Jung In pun mulai mencintai Ma Rie.
Cerita menjadi bertambah rumit ketika muncul Seo Jun, mantan kekasih Mu Gyul yang mengajaknya untuk bekerja sama dalam pembuatan drama yang diproduksi oleh Jung In, saingan Mu Gyul dalam mendapatkan Ma Rie.
Lalu bagaimana kelanjutan dari cerita cinta segiempat antara Ma Rie, Mu Gyul, Jung In, dan Seo Jun? Akankah Ma Rie lebih memilih Mu Gyul yang lebih dahulu dicintainya? Ataukah memilih Jung In yang tampan dan kaya raya?

Kita berdoa saja supaya film ini diangkat ke layar kaca Indonesia seperti Boys Before Flower dan Bread, Love, and Dream. Jika tidak sepertinya, kita cukup berpuas hati dengan menyaksikkan DVD-nya saja.

Windstruck

Kisah drama komedi romantis ini berawal ketika seorang polisi Kyung-jin Yeo (Ji-hyun Jun) bertemu dengan Myung-woo Ko (Hyuk Jang) secara tak sengaja dalam suatu tindak kejahatan. Dia kemudian baru mengetahui kalau guru yang penuh tanggung jawab ini memang orang yang baik.
Pada suatu malam, Kyungjin berkelahi dengan sebuah geng sekolah. Hasilnya, ia pun mendapat masalah ketika terjadi tembak-menembak diantara pengedar obat bius.
Melihat hal tersebut, maka Myungwoo mencoba menolongnya tapi sesuatu yang berbeda malahan terjadi, yakni sebuah situasi yang memaksa mereka untuk tinggal bersama seharian.
Dengan kejadian tersebut, mereka pun menjadi dekat dan akhirnya kedekatan itu membuat Myungwoo tak bisa mengingkari perasaannya. Dia pun jatuh cinta pada Kyungjin.
Suatu hari ketika Kyungjin memburu penjahat sadis, Myungwoo membantunya tetapi tanpa disadari apa yang terjadi pada hari itu mengubah hubungan mereka selamanya.
Apa yang telah terjadi pada mereka berdua? Temukan jawabannya dalam film berjudul Windstruck
 

my sassy girl

My Sassy Girl ( dalam bahasa Indonesia : Gadisku Yang Lancang ) merupakan film berjenis komedi romantis yang berasal dari korea dan dirilis pada tahun 2001. Film ini disutradarai oleh Kwak Jae-yong dan dibintangi oleh Jun Ji-hyun dan Cha Tae-hyun. Fim ini merupakan salah satu film yang sukses di Korea Selatan dan Asia. Pada tahun 2008 film ini dibuat ulang oleh sutradara film Amerika Yann Samuell dan mengangkat Jesse Bradfort dan Elisha Cuthbert menjadi pemainnya.

sinopsis
Gyeon-woo (Cha Tae-hyun) adalah seorang mahasiswa jurusan Engineering. Suatu hari Ia bertemu dengan seorang gadis mabuk (Jun Ji-hyun) di sebuah setasiun kereta. Ketika di dalam kereta, si gadis (tidak diketahui namanya dalam film tersebut) tiba-tiba pingsan dan sebelum pingsan Ia sempat mengucapkan kata sayang kepada Gyeon-woo,hal itu sontak membuat Gyeon-woo kelimpungan karena para penumpang kereta menyangka Gyeon-woo adalah pacar si gadis dan menyuruh Gyeon-woo untuk bertanggung jawab. Dengan terpaksa Gyeon-woo menggendong si Gadis dan membawanya ke motel untuk istirahat. Perkenalan mereka akhirnya membuat mereka menjadi sepasang kekasih. Perjalanan kisah cinta mereka dibumbui kisah-kisah lucu karena Si Gadis yang memiliki sifat egois selalu memaksa Gyeon-woo melakukan apapun yang menjadi kemauannya.

Sutradara Kwak Jae-yong
Produser Shin Chul
Penulis Kim Ho-sik
Kwak Jae-yong
Pemeran Jun Ji-Hyun
Cha Tae-hyun
Distributor Cinema Services
Tanggal rilis 27 Juli 2001
Durasi 123 menit
Negara Korea Selatan

My princess

Judul: 마이 프린세스 / My Princess / 我的公主
Genre: Romantis
Episodes: 16
Tayang di: MBC
Masa tayang : 5 Januari 2011-24 Februari 2011
Tayang : Rabu-Kamis 21:55

Sinopsis
Seorang mahasiswi biasa, Lee Seol (diperankan Kim Tae Hee) akhirnya mengetahui kalau dia adalah seorang putrid. Cucu laki-laki dari Daehan Group, Park Hae Young (diperankan Park Hae Young) adalah guru Lee Seol yg akan mengajarkan materi kepribadian.

Park Hae Young (diperankan Song Seung Hoon)
Merupakan pewaris dari grup bisnis terbesar dan paling berpengaruh di Korea. Dia bekerja sebagai diplomat di kerajaan luar negeri. Meruapakan pria yg sempurna, tapi akhirnya harus berada di satu situasi dimana dia harus mengajari Lee Seol tata karma sebagai seorang putri.




Lee Seol (diperankan Kim Tae Hee)
Mahasiswi arkeologi berusia 21 tahun. Dia diadopsi ketika berusia 5 tahun dan punya rahasia kelahiran. Dia menjalani kehidupan yg keras dan harus bekerja mati-matian supaya bisa masuk universitas. Dia jatuh cinta pada seorang dosen di kampus dan akan melakukan apa saja supaya bisa dekat dengannya. Satu hari ketika dia bangun tidur, tiba2 dia menjadi puteri Korea. Tapi, saudarinya, Lee Dan cemburu dan bekerja sama dengan Oh Yoon Joo untuk menghancurkannya.


Oh Yoon Joo (diperankan Park Ye Jin)
Seorang pegawai museum yg cantik, anak dari seorang sekretaris eksekutif, yg punya berbagai rencana mendapatkan Park Hae Young untuk dirinya sendiri juga untuk keuntungan ayahnya.






Nam Jung Woo (diperankan oleh Ryu Soo Young)
Seorang professor arkeologi dan sejarah yg tampan dan karismatik, orang yg suka meneliti bebatuan, tapi menyimpan perasaan cinta pada seorang mahasiswinya.




 Lee Dan (diperankan oleh Kang Ye Sol)
Lee Dan dan Lee Seol sama-sama tinggal dip anti asuhan dan diadopsi oleh orang tua yg sama. Dia adalah pekerja keras dan orang yg baik hati, tapi karena dia iri pada Lee Seol dan dihasut oleh Oh Yoon Joo, memutuskan untuk melakukan rencana jahat supaya dirinya bisa menjadi seorang puteri.




pemeran:
Lee Soon Jae as President Park
Im Ye Jin as Kim Da Bok
Lee Ki Kwang as Choi Jun Woo — jadi seorang idola, tapi akhirnya ketika wamil, dia malah diajari masak dan jatuh cinta pada dunia masak, makanya di akhirnya pindah profesi menjadi koki kerajaan
Son Sung Yoon as Shin Sang Gung
Lee Sung Min as Lee Young Chan
Lee Dae Yeon as So Sun Woo
Choi Yoo Hwa as Kang Sun Ah
Heo Tae Hee as Bo Jwa Gwan
Chu Hun Yub as Yoo Ki Kwang
Min Joon Hyun as Ki Ja
Ahn Nae Sang as Emperor Sunjong

Tim Produksi
Sutradara: Kwon Suk Jang
Penulis Naskah: Kim Eun Sook, Jang Young Shil (장영실)

Eod Ddok Ha Jyo Lirik (Ost tree of heaven)


Eod Ddok Ha Jyo

by Shin Seung Hun

nae ka seum mi eor reo seu myeon
ja ggu ta neun sa rang I ggeo ji ge
je bal keu man kaseum ma keuman hae
keureohke ja ggu ta myeon him deul jan na
gwaen chan da go gwaenchan neul geo ra go
de in nae ka seumeul ddo sseul reo bo ji man
ib sul ri ddeol ryeo wa nun mul ri cha ol ra
ul gi sil reun de nun mul ri nae mal an deul reo
eo ddeo ka jyo jeo e reul sa rang ham ni da
nal bo go ut ne yo I reon nal mo reu go it jyo
eo ddeo ka jyo I reon nal deul kyeo beo rin da myeon
jeo ut seumeul da sin bol su eob ge jyo
sarang ha neun nae mam mi nun bit che seo gil gga
jeo shin ha myeo ba ra bum ni da

an dwaen da go Ireo ji mal ra go
ka seum mi mot ji ge seumeul ggok cham ji man
ip sul ri ddeol ryeo wa nun mul ri cha ol ra
teo jyeo na o neun / han sum me ddo mu neo jyeo yo
eo ddeo ka jyo jeo ae reul sa rang ham ni da
nal bo go ut ne yo I reon nal moreugo ijyo
eo ddeo ka jyo I reon nal deul kyeo beo rin da myeon
jeo ut seumeul dashin bol su eob ge jyo
saranghaeyo kudaenmal chesang molla jiyoyo
yongwon deuro sarang bum haeyo

BIGBANG HARU-HARU STORY

sudah taukan mv-nya bigbang yang haru-haru/day by day??
ya pasti tau donk..
nah sekarang aku akan bagi cerita dari mv ini..









sinopsis


<<Jiyoung’s POV>>
Hari ini aku akan menjadi anak baru. Tidak tanggung-tanggung, di sebuah negara yang tidak kukenal sama sekali. Korea Selatan. Kedua orang tuaku asli orang Korea tetapi sejak lahir hingga sekarang ini aku tinggal di Jepang. Baru kali ini aku menginjakkan kaki di Korea. Dan masalah terbesarku sekarang, aku tidak lancar bahasa Korea.
Aku mengikuti guru pembimbingku masuk ke sebuah ruang kelas. Tadi aku sempat melihat di papan depan pintu, 2-1. Aku hanya menundukkan kepalaku, tidak berani menghadap satu kelas itu yang aku yakin mereka dihinggapi raut wajah penasaran.
“Jiyoung-ssi, silahkan perkenalkan dirimu,” pinta guru pembimbingku tersebut.
Bagaimana ini? Aku sudah berlatih sedikit dengan okaasan (A/N: okaasan = ibu) untuk memperkenalkan diri. Tapi aku tidak yakin itu.
“A.. an.. annyeonghaseyo. Jeoneun Kang Jiyoung-imnida. Manaseo ban gawayo. Selamat pagi. Saya Kang Jiyoung. Senang berkenalan dengan kalian.” Huh, aku gugup sekali. Apa bahasa Koreaku terdengar lancar?
“Jiyoung ini pindahan dari Jepang, ia tidak lancar bahasa Korea. Kuharap kalian bisa membantunya belajar dan merasa nyaman. Arasso?” Untung gurunya mengerti keadaanku. “Jiyoung, kau duduk dengan Jiyong saja. Untunglah dia dan teman-temannya bisa bahasa Jepang, dia bisa membantumu.”
Aku menoleh ke tempat duduk yang ditunjukkan guru ke tempat yang diduduki dua orang cowok yang tampak menakutkan bagiku. Salah satunya, yang kulitnya sedikit kecoklatan merengek.
“Sonsaeng, lalu aku duduk dimana?” kata cowok itu.
“Kau duduk dengan Taeyang dulu. Nah, sana Jiyoung-ssi.”
Aku menghampiri tempat duduk itu yang sudah ditinggalkan cowok berkulit coklat tadi dan merasa sedikit tidak enak padanya. Tempat duduknya sedikit di pojok belakang, di sebelah jendela besar yang menghadap keluar lapangan sepak bola. Aku duduk disitu, sedikit canggung.
“Ohayo gozaimasu. Selamat pagi.” Aku hanya ingin meyakinkan apakah ia bisa berbahasa Jepang dengan baik atau tidak.
Cowok itu menoleh padaku. Kurasa ia sedang asyik mendengarkan mp3-nya.
“Ohayo,” katanya sambil melepaskan headsatnya. Ia tersenyum padaku. Kurasa ia cukup ramah.
Aku menoleh ke belakang, penasaran dengan isi kelas ini. Saat aku melihat sosok yang duduk persis dibelakangku, aku menjerit kecil. Cowok itu sedang tertidur dengan tenang sebelum aku menjerit. Ia membuka matanya yang membuatku tambah takut padanya. Ia tampak mengerikan.
“Jiyoung-ssi, kau takut padanya?” tanya cowok yang duduk di sebelah cowok menyeramkan itu.
Aku mengangguk.                           
“Omong-omong. Seungri-imnida,” kata cowok itu memperkenalkan diri. “Yang ini Seunghyun.”
Aku mengangguk lagi. Jujur, aku tidak tahu harus bicara apa.
==========================
=====================================
<<Jiyong’s POV>>
Anak baru itu langsung duduk di sebelahku setelah Daesung diusir oleh sonsaeng. Lucu sekali, ia tidak bisa bicara Korea. Apa aku harus menjadi pentransletnya selama ia bersekolah disini? Pertama kali menyapa pun, ia menggunakan bahasa Jepang. Memang harus kuakui, ia cukup manis. Bahkan Seungri yang playboy pun pasti tertarik dan mulai memperkenalkan dirinya. Belum apa-apa, cewek itu sudah ketakutan saat pertama kali melihat Seunghyun. Gadis aneh.
“Jiyong-ssi, ilbon e ga boasseoyo? Jiyong, pernah pergi ke Jepang?” Cewek itu berbicara padaku dengan terbata-bata.
“Ne. Waeyo? Ya. Kenapa?”
“Aniyo. Tidak apa-apa. Watashi no hanasu kotoba ga wakarimasu ka? Kamu mengerti apa yang kukatakan?”
“E, yoku wakarimasu. Ya, mengerti sekali.”
Setelah perkataanku itu, ia terlihat sedikit tenang. Mungkin memang aku harus menjadi pentransletnya.
==============================================================================
<<Jiyoung’s POV>>
Bel istirahat berbunyi nyaring. Pasti sudah waktunya makan siang. Dua cowok di belakangku langsung berdiri dan diikuti dua cowok lagi. Jiyong juga hendak menyusul keempat orang itu.
“Oedi gaseyo? Mau kemana?” Entah kenapa, tanganku reflek menahannya dengan menarik bajunya.
“Kantin. Mau ikut?” Aku mengangguk dan melepaskan baju Jiyong. Aku mengikutinya di belakang.
Sepanjang lorong menuju kantin, beberapa murid cewek memperhatikanku dengan tatapan sirik. Bahkan sampai ada yang menanyakan apakah aku kekasih barunya Jiyong. Tetapi Jiyong hanya menjawabnya dengan senyuman yang mengecewakan murid-murid itu.
Jiyong duduk di meja yang sudah ditempati empat temannya. Dua dari mereka aku sudah tahu, Seunghyun dan Seungri. Yang dua lagi siapa? Tapi aku tidak berani menanyakannya secara langsung. Mereka semua tampak menyeramkan.
“Jiyoung-ssi, kau duduk disini saja bersama kami,” kata cowok yang berkulit coklat itu. Matanya sipit, beda dari yang lain.
“Gomawo. Makasih.” Aku duduk di sebelah Jiyong, karena hanya dia yang bisa bikin aku tidak canggung.
“Ehm, watashi wa Daesung desu. Aku Daesung. Benar tidak?” Aku menangguk.
“Taeyang-imnida.” Yang satu lagi memperkenalkan diri dengan tersenyum. Dia cukup tampan. Tapi menurutku, Daesung lah yang paling ramah.
==================================================================================
<<Jiyong’s POV>>
Sudah tiga bulan Jiyoung pindah ke sekolah ini. Bahasa Koreanya juga sudah cukup lancar. Dan kami berdua semakin akrab. Dan yang membuatku spesial, dia sangat dekat dengan teman-temanku. Terutama aku. Dan entah kenapa, aku juga merasakan Jiyoung sangat spesial bagiku. Ia selalu tertawa jika mendengar lelucon Daesung dan aku pun ikut tertawa jika melihat senyumannya. Ia selalu menjadi penghangat suasana diantara kami berenam. Ia sungguh spesial bagiku.
“Shokuji ni ikimasho ka? Kita mau pergi makan?” tanya Taeyang sepulang sekolah. Sejak kedatangan Jiyoung tiga bulan lalu, Taeyang, Seungri, dan Daesung tertarik untuk belajar bahasa Jepang. Seunghyun pun lancar bahasa Jepang juga, ibunya orang Jepang asli. Maka dari itu aku dan Jiyoung mengajarkan mereka. Sedangkan mereka mengajarkan Jiyoung bahasa Korea.
“E, nani ga ii desu ka? Mm, wa-shoku? Soretomo, chuka-ryori? Ya, kamu mau makan apa? Mm, masakan Jepang atau masakan Cina?” tanya Jiyoung sambil kami menuju lapangan parkir.
“Wa-shoku!” teriak Daesung.
“Ja, sushi-ya e ikimasho!! Ayo, kita pergi ke warung sushi!!” ucap Jiyoung sambil berlari-lari. Melihat dia seperti itu, hatiku juga senang.
Kami naik mobil Seungri. Kecuali Daesung yang membawa motornya. Kami semua menuju warung sushi yang diberitahu Jiyoung.
“Koko wa kirei-na sushi-ya desho? Tokidoki kimasu. Sonna-ni takaku nakute, oishii desu yo. Warung sushinya bagus, kan? Kadang-kadang aku suka makan disini. Harganya nggak mahal dan enak,” kata Jiyoung sesampainya kami di depan warung itu.
Kami duduk berenam di sebuah meja dan melihat daftar menu. Sepertinya pelayannya semua berbahasa Jepang.
“Sate, nani ni shimasu ka? Ayo, kalian mau makan apa?” tanya Jiyoung.
“Aku mau tekka. Kau?” tanya Seunghyun pada Seungri.
“Moriawase.”
Setelah bergulat pesanan yang cukup sulit, akhirnya dengan tidak sabar aku memanggil pelayannya.
“Chotto… Tekka to moriawase, sore ni akadashi futa-tsu kudasai. Maaf, tolong satu porsi tekka dan moriawase, dan dua porsi akadashi,” kataku.
“O-nomimono wa? Minumannya?”
“Sake ip-pon kudasai.”
“Ya! Kita masih dibawah umur!” kata Daesung setelah pelayan itu pergi.
“Lalu?”
“Sake kan…”
“Sudahlah, kau kan juga suka minum soju. Apa bedanya?” kata Seunghyun.
Setelah pesanan datang, semuanya segera makan dengan lahap.
“Ikaga desu? Oishii desu ka? Gimana? Enak kan?” tanya Jiyoung.
“E, totemo totemo. Ya, enak sekali,” jawab Daesung dengan mulut penuh.
=================================================================================
<<Jiyoung’s POV>>
Jam istirahat seperti ini biasanya aku akan makan siang dengan Jiyong dan kawan-kawannya. Tapi hari ini badanku tidak begitu sehat, maka dari itu aku diam saja di kelas tanpa bilang pada yang lainnya. Aku sedang menulis catatan sejarah Jiyong saat Nicole dan Goo Hara datang menghampiriku.
“Jiyoung-ssi. Sedang apa?” tanya Nicole.
“Menyalin catatan punya Jiyong. Ada perlu apa?”
“Kau mau tidak rambutmu kami sisir? Banyak cewek diluar sana yang sirik padamu karena kau dekat dengan Jiyong dan kawan-kawannya. Makanya kami mau mendandanimu. Boleh kan?”
“Ah, kalau untuk nyisir saja sih tidak apa-apa.”
Hara mulai menyisir rambut panjangku dengan tenang. Aku senang juga punya kegiatan cewek seperti ini.
“Hara, rambutmu kan lebih panjang dariku. Gimana mengurusnya?” tanyaku.
“Oh ini, Nicole yang biasa mengurusnya.” Hara tertawa saat bilang begitu. Menurutku, Hara adalah gadis tercantik di kelas, dengan mata besar indah dan wajah unik yang berbeda dari gadis lain. Ia cocok sekali dengan Seungri, menurutku.
“Jiyoung-ssi? Rambutmu…?” Hara menunjuk sisirnya dan aku terkejut melihat beberapa helai rambutku menempel di sisir itu. Bukan, bukan beberapa helai, tetapi beberapa genggam.
Aku benar-benar kaget melihat itu. Aku bangkit dari kursi dan berlari keluar kelas menghiraukan panggilan Nicole dan Hara. Aku berlari menuju toilet. Untung kosong. Aku berdiri di depan wastafel dan menatap cermin di depanku. Aku sudah menangis sejak keluar kelas tadi. Bagaimana bisa di saat seperti itu? Apa yang akan dipikirkan Nicole dan Hara kemudian? Tidak, mereka pasti tidak akan memberitahu ataupun menanyakan macam-macam.
Aku terus menangis di toilet. Sekali-kali aku menarik rambutku. Setengah menjambak dan beberapa helai lagi berjatuhan ke bawah.
Tiba-tiba pintu toilet terbuka dan aku terkejut melihat Seungri ngos-ngosan.
“Seungri? Kenapa kesini?” tanyaku sambil menghapus bekas air mataku di pipi.
“Aku… aku sembunyi dari kejaran cewek-cewek. Tunggu, seharusnya aku yang menanyakan itu padamu? Kau kenapa disini?”
“Aku? Aku menggunakan toilet, tentu saja.”
“Jiyoung, toilet wanita ada disebelah. Ini toilet pria.”
Aku memperhatikan sekitar. Sial. Aku salah masuk. Karena terlalu sibuk menangis aku sampai tidak memperhatikan jalan dan salah masuk.
“Seungri, please, jangan cerita pada siapapun tentang kejadian ini. Arasso?” bujukku.
“Baiklah, baiklah. Asal kau tolong usir cewek-cewek di luar sana.”
Aku keluar perlahan dan langsung mendengar suara teriakan dan jeritan dari murid-murid perempuan.
“Seungri oppa! Saranghae!!! We love you, Seungri oppa!”
=================================================================================
<<Jiyong’s POV>>
Hari ini aku memutuskan untuk menyatakan perasaanku pada Jiyoung sepulang sekolah nanti. Aku sudah bertekad, apa pun yang akan ia katakan nanti, aku siap.
“Jiyoung, pulang sekolah nanti aku tunggu di gerbang sekolah,” kataku singkat padanya saat istirahat. Sepanjang sisa pelajaran, aku sama sekali tidak berani bicara padanya.
Aku menunggu dengan gugup di gerbang sekolah. Taeyang bertanya-tanya padaku kenapa aku tidak langsung pergi dari sekolah seperti biasa, tetapi aku hanya bilang “lihat saja besok”.
Jiyoung datang menghampiriku dengan tersenyum seperti biasa. Aku jadi tambah gugup.
“Nah Jiyong, ada apa?” tanyanya.
“Aku antar pulang ya?” Aku jadi semakin salah tingkah.
“Ehm. Baiklah.”
Kami berdua berjalan di trotoar dan gugupku belum juga surut. Aduh, ada apa denganku ini?
“Ehm, Jiyoung, bagaimana kalau kita main tebak-tebakan?” tanyaku mencairkan suasana.
“Boleh. Tebak apa nih?”
Aku mengulurkan kedua tanganku yang dikepal.
“Pilih kiri atau kanan.”
Jiyoung menatap tanganku beberapa saat dan menunjuk tangan kiriku. Aku membukanya dan satu permen stroberi yang ada disitu diambil oleh Jiyoung.
“Buatku kan?”
Aku mengepalkan tanganku lagi.
“Sekarang pilih yang mana?”
Jiyoung menunjuk tangan kiriku lagi. Aku membukanya dan Jiyoung terkejut meilhat dua cincin diatas telapak tanganku.
“Jiyoung-ssi, sekarang putuskan, jika kau mengambil cincin ini, artinya kau bersedia jadi kekasihku. Jika tidak, ya tidak.” Aku begitu lancar mengucapkan itu semua.
Jiyoung ragu sejenak.
“Mm, Jiyong-ssi…”
“Putuskanlah,” kataku sabar.
Tidak kusangka selama beberapa menit ia bimbang, ia akhirnya mengambil salah satu cincin di tanganku.
“Aku terima ini,” katanya.
Serentak aku langsung memeluknya dengan erat. Hampir saja aku mengangkatnya. Jiyoung pun membalas pelukanku. Kami berdua memakai cincin itu di jari manis kiri kami dan saat itu aku berjanji tidak akan melepaskan cincin itu lagi.
“Saranghae, Jiyoung.”
“Aishiteru, Jiyong.”
=====================================================================================
<<Jiyoung’s POV>>
Sekarang sudah awal Desember sekaligus aku sudah menjadi kekasih Jiyong selama dua bulan. Bagaimanapun saat Jiyong memberiku cincin dulu, aku sungguh senang. Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi aku juga sangat menyukainya karena itu aku sangat bahagia jika terus di sampingnya.
Selama lima bulan sejak aku pindah ke Korea, Jiyong, Daesung, Taeyang, Seungri, dan Seunghyun sudah mengajakku ke berbagai tempat menakjubkan di Seoul. Bahkan kami sudah menyempatkan diri ke pulau Jeju.
Tetapi di awal bulan ini aku benci satu hal. Aku benci pernyataan dokter tentan kesehatanku. Aku memutuskan untuk menghubungi Seunghyun, bukan Jiyong.
“Yeoboseyo? Halo?” tanya suara berat di seberang sana. Meski sudah lima bulan aku tinggal di Korea. Tetap saja aku masih tidak fasih bahasa Korea.
“Moshi-moshi, Seunghyun no o-taku desu ka? Halo, Seunghyun, kan?” tanyaku memastikan.
“Hai, Seunghyun desu ka. Jiyoung-chan? Ya, ini Seunghyun. Jiyoung?”
“Ne. Ada yang ingin aku bicarakan. Bisa bertemu hari ini?” tanyaku.
“Bisa. Datang saja ke rumahku sore ini.”
“Ne, gomapta.”
Akhirnya sore itu aku datang ke rumah Seunghyun. Aku memutuskan untuk berbahasa Jepang saja. Seunghyun tadi bilang keluarganya bisa bahasa Jepang, karena itu aku tidak perlu khawatir salah bicara.
Aku membicarakan masalah kesehatanku pada Seunghyun dan ia berjanji tidak akan memberitahu Jiyong tentang itu. Aku lega ia bisa membantuku ketika aku meminta bantuannya untuk satu hal yang sesungguhnya tidak ingin aku lakukan.
===================================================================================
<<Jiyong’s POV>>
Menurut firasatku, akhir-akhir ini Jiyoung berusaha menghindariku. Aku tidak tahu apa yang sedang dialaminya. Aku berusaha menghubunginya tetapi ia sama sekali tidak menanggapinya. Maka aku memutuskan akan membiarkan Jiyoung seperti itu dulu sampai kesabaranku habis akan dia.
Hari ini aku dan yang lainnya akan ke Chungnam. Kami semua berkumpul di rumah Seungri.
“Kare wa kuru desho ka? Apa ia akan datang?” tanyaku. Tentu saja aku menanyakan tentang Jiyoung pada Seunghyun.
“Wakarimasen. Konai kamo shiremasen. Kono aida kara aoi kao o shite, yoku tsukareta to itte-imashita. Aku nggak tahu. Mungkin nggak datang. Akhir-akhir ini wajahnya suka pucat dan katanya ia capek,” kata Seunghyun.
“Doko ka karada ga warui no desu ka. Byoki kamo shiremasen ne. Mungkin ada yang tidak beres dengan dirinya. Mungkin dia sakit,” celetuk Taeyang.
“So kamo shiramasen. Shikashi ano yosu dewa hoka ni nani ka nayami ga aru ni chigai arimase. Mungkin, tapi dari kelakuannya itu, pasti tidak salah lagi, pasti ada sesuatu yang dideritanya,” kataku.
“So desu ne. Chika-goro no kare wa yosu ga sukoshi okashii desu ne. Ya, benar. Akhir-akhir ini kelakuannya sedikir aneh,” sambung Seungri.
Ternyata bukan aku saja yang merasa Jiyoung berubah. Yang lain pun seperti itu. Sebenarnya ada apa dengan Jiyoung? Aku memutuskan untuk mengirimkan pesan padanya.
Dandan samuku natte-kimashita ga. Sono go o-kawari? Watashi wa kaze o hite-shimaimashita. Musim dingin makin dingin saja. Gimana keadaanmu? Aku kena pilek dan masuk angin.
========TBC========
<<Jiyoung’s POV>>
Jiyong mengirimiku pesan singkat yang membuatku langsung khawatir. Musim dingin begini ia terkena pilek. Tetapi aku sudah mengambil keputusan untuk tidak menyusahkan ataupun berhubungan lagi dengan Jiyong. Walau rasanya begitu sakit untukku, tetapi ini demi Jiyong juga. Aku tidak akan membalas pesannya ataupun jika ia meneleponku. Tidak.
Keesokan harinya…
“Jiyoung!” Tidak kusangka Jiyong menahanku di depan kelas. Ia menarik lenganku saat aku hendak masuk kelas.
“Lepaskan,” pintaku.
Jiyong melepaskannya dengan segera namun masih jaga-jaga agar aku tidak bisa kabur kemana-mana.
“Ada apa denganmu?” tanyanya.
“Aku?”
“Ya, ada apa denganmu akhir-akhir ini!”
Aku menarik napas. Aku sudah menyiapkan ini semua dari kemarin. Dan harus kulakukan.
“Jiyong, lebih baik kita putus saja.” Aku sama sekali tidak berani menatap matanya.
“MWO?? APA??” Tidak kusangka reaksinya akan seperti itu.
“Sudah jelas, kita putus saja.”
“Waeyo? Kenapa?”
Aku harus berbohong.
“Ada orang yang kucintai.” Tidak, bahkan berbohong padanya saja begitu menyakitkan bagiku.
“Nuguyo? Siapa?”
Aku menutup mataku.
“Seunghyun.”
Selama beberapa menit aku dan Jiyong sama sekali tidak bersuara. Jiyong diam saja menatapku dengan tidak percaya. Setelah aku yakin bahwa Jiyong tidak akan bersuara lagi, aku masuk ke kelas dengan perasaan kacau. Di luar sana, dari sepengetahuanku, Jiyong memukul daun pintu dengan keras yang mengagetkan semua anak disekitarnya, termasuk aku. Setelah itu, sampai pelajaran terakhir selesai, ia tidak kembali ke kelas.
====================================================================================
<<Jiyong’s POV>>
Aku sungguh tidak percaya Jiyoung akan mengatakan seperti itu. Sejujurnya aku bisa saja menerima semua perkataan Jiyoung itu. Tapi satu hal yang tidak bisa aku terima. Seunghyun. Kenapa ia harus menyukai sahabatku sendiri? Pabo Jiyoung! Jiyoung bodoh! Rasanya aku ingin membunuh Seunghyun.
“Jiyong! Dari mana saja tadi?” Taeyang dan Daesung menghampiriku saat aku mengambil tasku yang tertinggal di kelas.
“Kau tahu apa yang terjadi pada Jiyoung?” tanya Taeyang.
Aku diam. Aku malas membicarakan masalah ini.
“Ya! Lihat tuh. Itu Seunghyun dan Jiyoung kan?” Daesung menunjuk ke luar jendela dan aku melihat Seunghyun dan Jiyoung di bawah sedang membicarakan sesuatu hanya berdua. Sepertinya Seungri ada di dalam mobilnya untuk menunggu Seunghyun. Apa-apaan itu mereka?!
Aku segera lari ke bawah dan ke luar lapangan hendak menghampiri Seunghyun dan Jiyoung. Daesung dan Taeyang mengikuti di belakangku. Aku berhenti di jarak 10 meter dari mereka. Dan dengan jelas bisa kulihat apa yang terjadi pada mereka berdua yang langsung membuatku panas. Seunghyun dengan tanpa beban membelai pipi Jiyoung dengan satu jarinya dan menatap dengan hangat Jiyoung seakan-akan ingin mengejekku bahwa Jiyoung lebih memilih dirinya dari padaku. Dan, yang membuatku tambah terbakar emosi, Jiyoung dengan tidak segan melepas cincin yang kuberikan dulu dan memberikannya pada Seunghyun. Jiyoung! Itu cincinku! Dadaku naik turun menahan amarah. Tidak bisa kuterima perlakuan seperti itu.
Jiyoung menatap ke arahku dan memandang dengan sinis lalu pergi meninggalkan kami semua disitu. Aku segera beranjak maju menghampiri Seunghyun dan tanpa pikir-pikir lagi meninju wajahnya itu. Tidak kusangka Seunghyun bangkit dari kesadarannya yang menghilang beberapa detik dan balik meninjuku. Taeyang dan Daesung langsung berusaha memisahkan kami berdua. Begitu pula dengan Seungri yang langsung turun dari mobilnya dan menarik Seunghyun agar tidak dekat-dekat denganku.
“KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN, HAH?!” teriakku.
“Apa? Pacaran dengannya?” Aku benci nada bicaranya yang seakan mengejekku.
“Kalian pacaran? Bukannya Jiyoung dan Jiyong…” kata Daesung bingung.
“Ya, kami pacaran. Memang ada yang salah? Toh Jiyoung kan sudah single.” Aku semakin benci pada Seunghyun.
“KAU……!!” Aku hendak memukulnya lagi tetapi Taeyang dan Daesung segera menahanku.
Seungri mengajak Seunghyun menaiki mobilnya dan langsung pergi di depan mataku.
Malam harinya…
Aku mengajak Taeyang, Daesung, dan Seungri untuk datang ke sebuah kelab. Aku ingin melepas semua kekesalanku disana. Dengan keramaian, musik, dan wanita disana. Kami tidak perlu kesulitan untuk mencari pasangan karena para wanita akan mendatangi kami, terutama Seungri. Saat Taeyang menyetir mobil Seungri dan mencari parkiran, Sungri dengan tiba-tiba menyeletuk.
“Itu mobil Seunghyun kan?” Ia menunjuk ke sebuah mobil mewah berwarna krem yang sangat kukenal.
Bukan kehadiran mobil Seunghyun yang mengejutkanku, tetapi orang yang berada di dalamnya. Jiyoung dan Seunghyun berada di dalamnya, duduk di kursi depan. Seunghyun menyadari tatapanku. Aku memandangi mereka dengan berang. Dan emosiku segera naik ketika Jiyoung meraba-raba wajah Seunghyun yang lebam dan biru akibat pukulanku tadi siang. Bisa kulihat wajah Jiyoung menampakkan kekhawatiran.
Aku keluar dengan membanting pintu dan menuju mobil Seunghyun. Aku memukul bagian depan mobil Seunghyun dengan berang dan menatap mereka berdua dengan buas. Sekarang aku sudah terlalu benci dengan mereka berdua. Seunghyun yang melihatku tersenyum meremehkan dan sengaja membuatku cemburu. Ia merangkul Jiyoung dan menatapku dari dalam seolah aku film yang sedang diputarnya di dalam mobil. Jiyoung sebaliknya, tidak ingin sedikit pun menatapku.
Aku hendak merusak dan membanting kaca mobil Seunghyun tetapi Seungri, Taeyang, dan Daesung segera menarikku ke dalam mobil dan meredakan emosiku yang terus meledak-ledak. Seungri langsung menancapkan gasnya dan pergi dari tempat itu.
===================================================================================
<<Jiyoung’s POV>>
Rambutku semakin terus menepis hari demi hari. Tetapi aku tidak tahu kapan waktu yang sebenarnya untuk mengakhiri semua penderitaan ini. Aku sudah melukai banyak hal. Badanku, hatiku, Seunghyun, dan Jiyong. Jiyong…. Sudah berhari-hari ia tidak masuk sekolah dan tidak ada kabarnya. Aku benci jika memang harus seperti ini. Aku sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan Jiyong di luar sana. Daesung sudah mencarinya ke rumahnya, tetapi tidak ada siapapun. Taeyang sudah berkali-kali menghubunginya, tetapi hasilnya nihil. Jika memang seperti ini, aku rela berlutut demi Jiyong pulang. Tetapi apa gunanya? Jiyong sudah membenciku.
Satu minggu kemudian…
Jiyong masih tidak muncul. Rambutku sudah hampir habis. Obatku sudah semakin banyak namun hanya sedikit yang sanggup aku masukkan.
Dua minggu kemudian…
Taeyang memberi kabar bahwa Jiyong baik-baik saja di luar sana. Aku sedikit lega. Tetapi karena itu juga aku jadi harus selalu menangis setiap hari.
Tiga minggu kemudian…
Dokter memberitahuku bahwa mulai saat itu aku harus di rawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan menghadapi operasi kanker otakku yang sebetulnya beresiko tinggi untuk nyawaku. Namun, bagaimana hasilnya nanti, aku menerimanya semua. Tubuhku sudah rapuh oleh obat-obatan yang kukonsumsi dan wajahku sudah tidak secerah dulu saat pertama kali pindah ke Seoul. Kini aku tidak jauh berbeda dengan orang yang selalu perlu dikasihani karena sebentar lagi aku akan pergi untuk selamanya.
Berhari-hari aku diam di rumah sakit. Seunghyun, Seungri, Taeyang, dan Daesung selalu menemaniku. Terutama Seunghyun yang hampir menjagaku sepanjang waktu. Ia dengan setia bermain denganku, menyuapiku, bercanda denganku, dan melakukan segala hal untuk menghilangkan kebosananku.
Beberapa hari kemudian…
Sekarang sudah saatnya. Aku siap masuk ruang operasi dan menyerahkan takdirku pada dokter-dokter itu yang mengiris-iris kepalaku dengan berbagai peralatan operasi. Jika berhasil, maka aku masih bisa ada harapan melihat dunia lagi. Jika tidak….
=================================================================================
<<Jiyong’s POV>>
Aku menyusuri jantung kota Seoul yang dingin di bulan Januari. Dari cafe ke cafe aku pesan kopi panas, menghabiskan uangku yang tersisa di dompet tanpa pulang ke rumah. Aku hanya berjalan tanpa tujuan di antara ratusan manusia yang pulang kantor.
Ponselku yang beberapa hari lalu baru kunyalakan berbunyi menandakan Taeyang menelepon.
“Yeoboseyo?”
“Jiyong, kau dimana?”
“Ada perlu apa?”
“Tolong kau segera datang ke sini. Jiyoung sedang di ruang operasi. Ia butuh kau untuk menguatkannya. Datanglah sekarang!” Segera setelah itu Taeyang menutup komunikasi tersebut.
Aku langsung berlari tanpa merasa bersalah mendorong beberapa orang yang menghalangi jalanku. Aku berlari sekuatku untuk mencapai rumah sakit yang masih berkilo-kilo meter jauhnya.
Jiyoung… Kenapa tiba-tiba ia berada di ruang operasi? Bagaimana keadaannya sekarang? Apa ia sudah menyembunyikan banyak hal yang tidak kuketahui?
Aku sampai di depan rumah sakit selama 20 menit perjuanganku berlari. Dengan sedikit dipaksakan aku naik ke lantai 5 dengan tangga darurat dan menghadapi pintu ruang operasi tertutup. Seunghyun, Seungri, Taeyang, dan Daesung menunggu dengan was-was di depannya dan memandangku dengan tatapan kosong. Sempatkah aku?
Seunghyun menghampiriku dan menggenggam tanganku. Ia meletakkan sesuatu di telapak tanganku. Cincin yang kuberikan pada Jiyoung dulu dan sebuah surat.
“Ia hanya tidak ingin kau cemas,” kata Seunghyun.
Aku duduk di kursi terdekat dan membaca surat dari Jiyoung tersebut. Ia menulisnya dalam bahasa Jepang.
Soto wa ame ga futte-iru yo desu. Toki-ori kaze ga fuite ame ga para-para to mado o uchimasu. Watashi ka saki-hodo kara bon’yari-shiteimasu. Watashi wa saki-hodo kara jitto sore o nagamete-imasu. Toki-ori mado o utsu kaze no oto ni hatoo ware ni kaerimasu.
Anata wa do shite-iru daro? Kono aida wa do shite ano yo-na wakarekata o shite-shimatta no daro? Ima ni natte anata no kimochi ga itai hodo yoku wakarimasu.
Anata wa honto-ni kanashiso-na me o shite-imashita. Anata wa ima nimo naki-dashiso-na kao o shite-imashita. Soshite kururi to se o mukete, sayonara mo iwazu ni hashiri-satte-shimaimashita.
Watashi wa ima sono toki no anata no ushiro-sugata o omoi-ukabeteimasu. Sore wa totoemo sabishiso-na kanji ga shimashita. Sono taki watashi wa taisetsu-na mono o ushinatte-shimatta to iu ki ga shimashita. Jinhin mo mattaku naku matte-imashita.
Jiyong, soredawa, mata au hi made.
Aishiteru.

Jiyoung
Di luar tampaknya hujan turun. Kadang-kadang angin berhembus dan air hujan menerpa dan menghempas jendelaku. Sejak tadi hatiku tidak menentu. Sejak tadi aku duduk dan terus memperhatikannya. Kadang-kadang suara angin menghempas jendela menyadarkan diriku.
Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa saat-saat ini kita berpisah dengan jalan seperti ini? Sekarang aku sadar betapa sakitnya hatimu.
Kau tampaknya benar-benar sedih, kau dalam sekejap mata tampaknya akan menangis kemudian dengan tiba-tiba kau membalikkan badanmu, dan terus berlari tanpa mengucapkan salam perpisahan.
Sekarang pun aku masih terkenang akan sosok tubuhmu dari belakang. Tampaknya sosok itu amat kesepian. Aku sadar, bahwa ketika itu aku telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Aku kehilangan kepercayaan diriku sama sekali.
Jiyong, sampai bertemu lagi.
Aku mencintaimu.
Jiyoung
Tepat setelah aku selesai membaca nama Jiyoung, pintu ruang operasi terbuka dan dokter mendorong tempat tidur Jiyoung, jiyoung berbaring yang seluruhnya ditutup dengan kain putih. Dengan perlahan aku menghampiri tubuh Jiyoung dan berlutut di sampingnya. Baka! Pabo! Bodoh! Kau bilang akan bertemu lagi!
Aku tidak bisa menangis karena hatiku sudah menangis sejak awal dan ketika melihat tubuh Jiyoung yang membeku seperti itu, aku semakin ingin menghancurkan hatiku dibandingkan harus sakit seperti ini. Aku terus berlutut di samping Jiyoung hingga ia tertutup dengan indah di bawah nisannya.
The End