Laman

Selasa, 11 Juni 2013

Breaking dawn Part 8 (Versi bumsso)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking dawn Part 8 (Versi bumsso)
Genre: Romantic, NC
cast:
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).


Aku separo tersenyum, kemudian mengangkat tanganku yang bebas, tanganku tidak gemetar sekarang dan meletakkannya didada kim bum sekarang. Kim bum bergidik kecil karena sentuhanku yang hangat. Napasnya semakin memburu.

“aku sudah berjanji kita akan mencobanya” bisik kim bum, mendadak tegang. “kalau.. kalau aku melakukan kekeliruan, kalau aku menyakitimu, kau harus langsung memberitahuku”
Aku mengangguk tenang. Mataku tetap tertuju padanya.
“jangan takut” bisikku. “kita ditakdirkan untuk bersama”. Mendadak hatiku diliputi kebahagiaan oleh kebenaran kata-kataku. Moment ini teramat sempurna.

Kedua lengan kim bum melingkariku, memelukku rapat ke dadanya, musim panas dan musin dingin. Rasanya seolah-olah setiap ujung saraf di tubuhku merupakan kabel listrik. “selamanya” kim bum setuju kemudian perlahan-lahan menarik tubuh kami ke air yang lebih dalam.

Kim bum menciumku lalu menggendongku keranjang kami. tubuhnya yang dingin menindihku dan mulai menciumku lagi. Ciumannya semakin dalam dan aku semakin terhanyut dalam ciuman itu. perlahan-lahan kim bum mulai memasuki dirinya. Aku berteriak ketika sesuatu menembus selaput darahku.
“gwenchana?” tanya kim bum
“ne.. aku baik-baik saja”
“apa mau aku lanjutkan? Kalau kau kesakitan, aku bisa memberhentikannya”
“aniyo.. lanjutkan itu oppa”
Kim bum terus memasuki diriku dan ketika aku sudah mulai terbiasa, kami pun menggoyangkan? Badan kami sesuai irama dan aku ambruk dalam pelukan kim bum ketika mencapai puncak kenikmatan. Aku terlelap dalam pelukan kim bum.

Matahari terasa panas di kulit punggungku yang terbuka, membangunkanku di pagi hari. Mungkin sudah menjelang siang atau telah lewat tengah hari, aku tidak tahu. Tapi aku bisa mengetahui jelas hal lain selain waktu, aku tahu persis dimana aku berada, kamar terang benderang dengan tempat tidur putih besar, sinar matahari menyorot lewat pintu-pintu yang terbuka. Lipatan-lipatan kelambu melembutkan sinarnya.

Aku tidak membuka mata, aku terlalu bahagia untuk mengubah apapun, tak peduli betapapun kecilnya. Satu-satunya suara hanya debur ombak diluar sana, embusan napas kami dan detak jantungku.

Aku merasa nyaman walaupun matahari bersinar terik. Kulit kim bum yang dingin merupakan penangkal yang sempurna bagi panasnya udara. Berbaring di dadanya yang sedingin es, kedua lengannya memelukku, terasa sangat mudah dan natural. Malas-malasan aku mengenang betapa paniknya aku semalam. Sekarang semua ketakutanku terasa konyong sekarang.

Jari-jari kim bum dengan lembut menyusuri tulang belakangku dan aku tahu bahwa ia sudah tahu aku bangun. Mataku tetap terpejam dan aku malah mempererat kedua lenganku yang melingkari lehernya, semakin merapatkan tubukku ke tubuhnya.

Kim bum diam saja, jari-jarinya terus membelai punggungku, nyaris tidak menyentuhnya saat ia menyusurinnya dengan ujung jari, membentuk berbagai pola di kulitku.
Aku sudah cukup bahagia berbaring saja disini selamanya, tak pernah mengusik moment ini, tapi tubuhku ternyata berpendapat lain. Aku menertawakan perutku yang tidak sabaran. Sepertinya agak membosankan bila aku kelaparan setelah semua yang terjadi semalam. Seperti dibawa kembali ke bumi setelah sebelumnya berada di ketinggian.

“apanya yang lucu?” gumam kim bum, masih terus membelai-belai punggungku. Suaranya yang serius dan parau, menyeret kembali kenangan semalam membuat wajah dan leherku memerah.

Menjawab pertanyaannya, perutku berbunyi. Aku tertawa lagi. “kau tidak bisa terlalu lama melepaskan diri dari kemanusiawimu”

Aku menunggu tapi kim bum tidak ikut tertawa bersamaku. Lambat laun, menembus banyak lapisan kebahagiaanku yang memenuhi kepalaku, muncul kesadaran adanya atmosfer berbeda diluar kebahagiaan yang melingkupiku.

Aku membuka mata, hal pertama yang kulihat adalah kulit leher kim bum yang pucat dan nyaris keperakan, lekuk dagunya di atas wajahku. Dagunya keras. Kutopang tubuhku dengan siku agar bisa melihat wajahnya.

Dia sedang memandangi kanopi putih diatas kami dan dia tidak menatapku waktu aku mengamati garis-garis wajahnya yang muram.  Ekspresinya membuatku terguncang, membuat sekujur tubuhku tersentak.

“kim bum?’’ kataku, suaraku sedikit tercekat. “ada apa? Ada masalah apa?”
“masa kau harus bertanya lagi?” suaranya kaku, sinis. Naluri pertamaku hasil dari perasaan minder yang kurasakan seumur hidup, adalah bertanya-tanya apakah aku telah melakukan kesalahan. Otakku berputar, memikirkan semua yang telah terjadi tapi sama sekali tidak menemukan keganjilan. Aku tidak bisa memikirkan satupun yang bisa membuat kim bum terlihat seperti ini, begitu kaku dan dingin. Apa yang terlewatkan olehku?.

Jari kim bum menghaluskan kerutan khawatir di keningku.
“apa yang kau pikirkan?” bisiknya.
“kau marah.. aku tidak mengerti. Apakah aku…? “ aku tidak sanggup menyelesaikan kata-kataku.
Mata kim bum menegang. “separah apa cedera yang kau alami so eun? sejujurnya jangn coba-coba memperhalus”
“cedera?” ulangku, nadaku lebih tinggi daripada biasanya, karena kata itu membuatku terkejut.

Kim bum mengangkat sebelah alisnya, bibirnya terkatup rapat. Dengan cepat aku membuat penilaian, otomatis meregangkan tubuh, mengejangkan dan mengendurkan otot-ototku. Tubuhku memang kaku dan di beberapa tempat terasa nyeri, itu benar. Tapi sebagian besar yang aku rasakan hanya sensasi ganjil seakan-akan semua persendian tulangku lepas dan aku separo berubah lembek seperti ubur-ubur.
Tapi itu bukan perasaan yang tidak menyenangkan.

Kemudian aku merasa agak marah karena kim bum sudah merusak pagi paling sempurna ini dengan asumsi-asumsinya yang pesimis.
“mengapa kau harus langsung mengambil kesimpulan seperti itu? belum pernah aku merasa lebih baik daripada sekarang”
Kim bum memejamkan matanya “hentikan”
“hentikan apa?”
“berhenti bertingkah seolah-olah aku bukan monster karena sepakat melakukannya”.
“kim bum!” bisikku, benar-benar marah sekarang. Dia menyeret kenanganku yang indah kedalam kegelapan, menodainya.
“jangan pernah berkata begitu.”
Kim bum tidak membuka mata, seolah-olah tidak ingin melihatku.
“lihat saja dirimu so eun, jangn bilang aku bukan monster”.
Sakit hati dan shock tanpa berpikir aku mengikut instruksinya dan terkesiap.
Apa yang terjadi padaku? Aku bingung melihat salju putih lembut yang menempel di kulitku. Aku menggeleng dan benda-benda putih berjatuhan dari rambutku.
Kupungut sepotong benda putih lembut itu dengan jariku dan ternyata isi bantal.
“mengapa tubuhku tertutup bulu-bulu?” tanyaku kebingungan.
Kim bum menghembuskan napas tidak sabar “ aku menggigit satu atau dua bantal tapi bukan itu yang kumaksud”.
“kau menggigit bantal? Mengapa?”
“dengar so eun!” sergah kim bum, nyaris menggeram. Dia meraih tanganku dengan sangat hati-hati dan meluruskannya.
“lihat itu”.

Kali ini kau melihat apa yang dimaksudkannya. Dibalik tebaran bulu-bulu aku melihat memar-memar besar di kulit lenganku yang pucat. Mataku mengikuti jejak memar itu hingga ke bahuku kemudian turun mengarah ke tulang rusuk. Kutarik tanganku dan kutusukkan kebagian yang mulai berubah warna di lengan atas sebelah kiri, melihat warnanya memudar waktu kusentuh tetapi kemudia muncul kembali. Rasanya agak berdenyut-denyut.
Dengan sangat hati-hati nyaris tidak menyentuhku, kim bum meletakkan tangannya di atas memar-memar itu.
Aku berusaha memeras otakku, berusaha mengingat kejadian semalam. Aku tidak merasa cengkeramannya yang kuat malahan yang aku ingat waktu itu aku menginginkan lebih.
“aku… sangat menyesal so eun” bisik kim bum saat aku memandangi memar-memar itu. “seharusnya aku tahu bakal begini jadinya, seharusnya aku tidak….” Dia mengeluarkan suara seperti jijik. “aku sangat menyesal lebih dari yang aku ungkapkan”.
Dia melontarkan lengannya menutupi wajah dan tubuhnya, dia tak bergerak.
Lama sekali aku hanya diam dan terpaku, berusaha menerima sekarang. Kusentuh lengannya tapi dia diam saja. Kugenggam pergelangan tangannya dan mencoba menarik lengannya yang menutupi wajahnya tetapi dia tidak bergeming.
“kim bum”
Dia diam saja.
“kim bum?’’
Tidak ada sahutan. Jadi ini akan menjadi monolog kalau seperti begitu.
“aku tidak menyesal kim bum. Aku… aku bahkan tidak bisa mengungkapkannya. Aku sangat bahagia. itu tidak cukup untuk mengungkapkan kebahagiaanku yang sebenarnya. Jangan marah. Sungguh, aku ba..”
“jangan bilang kau baik-baik saja” suara kim bum sedingin es. “kalau kau menghargai kewarasanku, jangan katakana bahwa kamu baik-baik saja”.
“tapi memang itulah yang aku rasakan”.
“so eun” dia nyaris mengerang “jangan”.
“tidak, kau yang jangan kim bum”
Kim bum menyingkirkan lengannya, matanya yang keemasan menatapku kecut.
“jangan merusak suasana.. aku sudah sangat bahagia”.
“aku sudah terlanjur merusak suasana” bisiknya.
“maka hentikan” bentakku.
Kudengar dia menggertakkan gigi.
“ugh!” erangku “mengapa kau belum juga bisa membaca pikiranku? Betapa enaknya kalau kau bisa membaca pikiranku”.

Mata kim bum terbelalak dikit, perhatiannya sejenak teralihkan.
“tumben, biasanya kau justru senang aku tidak dapat membaca pikiranmu”
“hari ini tidak”.
Ia menatapku ‘’ mengapa”?

Aku melontarkan kedua tanganku saking frustasinya, merasakan nyeri di pundakku yang sebelumnya kuabaikan. Telapak tanganku membentur dada kim bum dengan suara keras. “karena semua perasaan bersalah ini tidak perlu terjadi kalau saja kau bisa mengetahui apa yang aku rasakan saat ini atau lima menit yang lalu. setidaknya aku tadi meraskan sangat bahagia. benar-benar merasa tenang dan damai. Sekarang bisa dibilang aku agak marah”.
“memang seharusnya kau marah padaku” kata kim bum.
“aku memang marah tapi apakah itu membuat perasaanmu lebih baik?”

Breaking dawn Part 7 (Versi bumsso)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking dawn Part 7 (Versi bumsso)
Genre: Romantic
cast:
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).


Kim bum meletakkan koper-koper kami di dermaga kemudian berbalik kearahku, menyunggingkan senyuman yang sempurna sambil mengulurkan tangan. Bukannya meraih tanganku dia malah langsung menarikku ke dalam dekapannya.
“bukankah seharusnya kau menunggu hingga kita sampai di ambang pintu? Tanyaku dengan napas terengah sementara kim bum melompat turun dari kapal dengan langkah ringan.

Kim bum nyengir. “ aku selalu cermat melakukan segala sesuatu”.
Mencengkram pegangan dua koper besar sekaligus dengan satu tangan sambil merangkulku dengan tangan satunya, ia menggendongku ke dermaga, menapaki jalan setapak berpasir pucat yang membelah semak-semak gelap.

Beberapa saat keadaan gelap gurita di tengah semak yang seperti hutan belantara, tapi kemudian aku melihat cahaya hangat didepan sana. Begitu menyadari cahaya itu adalah cahaya sebuah rumah, dua benda berbentuk bujur sangkar sempurna dan cemerlang itu ternyata jendela besar yang mengapit pintu depan, demam panggungku menyerang lagi, lebih kuat daripada sebelumnya.
Jantungku bertalu-talu memukul rusukku, dan napasku seolah tersangkut di tenggorokan. Aku merasakan mata kim bum menatap wajahku tapi aku menolak membalas tatapannya. Aku memandang lurus kedepan.

Kim bum tidak bertanya apa yang sedang aku pikirkan, sesuatu yang tidak biasanya terjadi. Kurasa itu berarti dia juga tiba-tiba sama gugupnya dengan aku.

Dia meletakkan koper-koper di bagian dalam teras untuk membuka pintu, ternyata tidak dikunci.

Kim bum menunduk memandangiku, menunggu sampai aku membalas tatapannya sebelum melangkah melewati ambang pintu.

Ia membopongku masuk ke rumah, kami sama-sama terdiam, menyalakan lampu-lampu sembari berjalan. Kesan sekilas tentang rumah itu adalah bahwa ukurannya sangatlah besar untuk pulau sekecil ini dan yang aneh, rumah itu tentu familier. Aku sudah terbiasa dengan skema warna pucat di atas pucat yang di sukai keluarga Kims, rasanya seperti berada dirumah. Tapi aku tidak bisa focus pada hal-hal spesifik. Denyut nadi di belakang telingaku membuat segalanya sedikit kabur.

Lalu kim bum berhenti dan menyalakan lampu terakhir. Ruangan itu besar dan putih.
Kim bum menurunkan aku dari gendongannya.

“aku… akan mengambil koper-koper kita dulu”
Ruangan itu terlalu hangat, lebih pengap daripada hawa tropis di luar. Titik-titik keringat bermunculan di pangkal leherku. Aku berjalan pelan-pelan sampai bisa mengulurkan tangan dan menyentuh kelambu putih lembut itu.

Aku tidak mendengar kim bum kembali. Tiba-tiba jarinya yang sedingin es membelai tengkukku, menghapus titik keringat.
“agak panas disini” kata kim bum dengan nada agak meminta maaf. “kupikir itulah… yang terbaik”.
“cermat” gumamku pelan dan kim bum terkekeh. Nadanya gugup dan itu sesuatu yang jarang terjadi padanya.
“aku berusaha memikirkan sesuatu yang akan membuat ini… jadi lebih mudah” ia mengakui.

Aku menelan ludah dengan suara keras, masih memunggunyinya. Pernahkah ada bulan madu seperti ini sebelumnya?.
Aku tahu jawabannya tidak. Tidak pernah ada.

“aku ingin tahu” kata kim bum lambat-lambat, “apakah…. Pertama-tama.. mungkin kau mau berenang tengah malam bersamaku?” dia menarik napas dalam-dalam, suaranya terdengar lebih santai waktu dia berbicara lagi “ airnya pasti hangat sekali”. Ini jenis pantai yang kau suka.

“kedengarannya menyenangkan” suaraku pecah.
“aku yakin kau membutuhkan waktu manusia sebentar… perjalanan tadi sangat jauh”.

Aku mengangguk kaku. Aku nyaris merasa seperti tidak seperti manusia lagi, mungkin aku memang membutuhkan waktu manusia sebentar.

Bibir kim bum menyapu leherku, tepat dibawah telinga. Dia terkekeh dan embusan napasnya yang dingin menggelitik kulitku yang terlalu panas. “jangan terlalu lama nyonya kim”.
Aku terlonjak sedikit mendengar nama baruku.
Bibir kim bum menyusuri leherku hingga ke pangkal bahu. “kutunggu kau di dalam air”.

Dia berjalan melewatiku menuju pintu kaca yang langsung membuka kearah pantai yang berpasir. Sambil berjalan dia melepaskan kemejanya, menjatuhkannya ke lantai, lalu menyelinap melewati pintu memasuki malam yang diterangi cahaya bulan. Udara malam yang gerah dan asin berputar-putar memasuki kamar di belakangnya.
Apakah kulitku terbakar? Aku sampai harus menunduk mengecek. Tidak, tidak ada yang terbakar. Setidaknya tidak bisa dilihat mata.

Aku mengingat diriku untuk bernapas kemudian bersaruk-saruk menghampiri koper raksasa yang sudah dibuka kim bum di atas rak putih pendek. Itu pasti koperku karena tas kosmetikku berada di tumpukan paling atas dan ada banyak warna pink didalamnya, tapi aku tidak mengenali satupun pakaian yang berada didalamnya. Saat aku mengaduk-aduk pakaian yang terlipat rapi, mencari sesuatu yang nyaman dan familier, celana pendek using, mungkin kulihat ada banyak sekali pakaian dalam satin berenda-renda didalamnya. Lingerie. Lingerie yang sangat seksi, dengan label berbahasa prancis.

Aku tidak tahu bagaimana atau kapan, tapi suatu saat nanti shin hye harus membayar perbuatannya ini.
Menyerah, aku pergi kekamar mandi dan mengintip melalui jendela-jendela panjang yang menghadap kearah pantai. Aku tidak dapat melihat kim bum, aku rasa dia berada didalam air.
Semburan panas kembali menyerang kulitku.

Aku menarik napas dalam-dalam dan menghampiri cermin yang membentang di atas konter panjang. Wajahku persis orang yang ketiduran seharian di pesawat. Aku menemukan sisir dan menyentakkannya dengan kuat ke rambutku yang kusut. Aku menyikat gigi dengan saksama, dua kali. Kemudian aku mencuci muka dan mencipratkan air ke bagian belakang leherku yang terasa panas. Rasanya begitu menyegarkan sampai aku juga membasuh kedua tanganku dan akhirnya aku memutuskan menyerah dan mandi saja sekalian. Aku tahu memang konyol mandi sebelum berenang tapi aku perlu menenagkan diri dan air panas benar-benar bisa diandalkan. Dan mencukur bulu kaki lagi rasanya boleh juga.
Setelah mandi aku menyambar handuk putih besar dari konter dan melilitkannya di bawah ketiak.

Kemudia aku dihadapkan pada dilemma yang belum aku pertimbangkan sebelumnya. Apa yang harus aku kenakan? Bukan baju renang jelas. Tapi rasanya konyol mengenakan pakaian ku lagi. Aku bahkan tidak memikirkan apa yang dikemas shin hye untukku.

Napasku mulai memburu lagi dan tanganku gemetar, hilang sudah efek dari menenangkan diri tadi di kamar mandi. Dan aku bukannya takut karena menurutku kami melakukan kesalahan. Sama sekali tidak. Aku panic karena tidak tahu bagaimana melakukan hal ini.

Tapi kim bumlah yang berada diluar sana, aku membisikkan diriku sendiri agak tidak takut dan jangan menjadi pengecut. Aku yang masih dalam lilitan handuk pun mencoba untuk tenang dan berjalan keluar menyusul kim bum yang sedang berada di pantainya.
Aku sampai di pantai yang beriak pelan, hitam dalam kegelapan mencari kim bum.

Tidak sulit menemukannya. Ia berdiri memunggungiku terbenam hingga sebatas pinggang di air tengah malam, mengadah ke bulan. Dia diam tidak bergerak, kedua tangannya diletakkan di permukaan air. Kupandangi garis-garis mulus punggung, pundak,lengan, leher dan bentuk tubuhnya yang sempurna. Aku melepaskan handukku tanpa ragu, meninggalkannya di pohon bersama pakaian kim bum lalu berjalan memasuki cahaya putih, itu membuat kulitku sepucat pasir.

Aku tidak bisa mendengar suara langkah-langkah kakiku saat berjalan ke tepi air. Tapi kurasa kim bum bisa. Dia tidak menoleh, aku membiarkan ombak pecah di jemari kakiku. Dan mendapati perkiraan kim bum tentang air itu dan benar saja, air itu sangat hangat.

“cantik” kataku menengadah ke bulan juga.
“lumayan” sahut kim bum tidak terkesan. Perlahan-lahan ia memalingkan tubuhnya menghadapku. Mata kim bum tampak perak di wajahnya yang sewarna es. Ia memilin tangannya sehingga bisa mengaitkan jari-jarinya dengan jariku dibwah permukaan air. Air cukup hangat sehingga kulit kim bum yang dingin tidak membuatku merinding.

“tapi aku tidak akan menggunakan kata cantik” sambung kim bum. “tidak kalau kau beridiri disini sebagai pembandingnya”.

Breaking dawn Part 6 (Versi bumsso)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking dawn Part 6 (Versi bumsso)
Genre: Romantic
cast:
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).



“kim bum maafkan aku sudah melakukan hal bodoh”
“tidak. Kamu tidak melakukan hal bodoh kok”
“astaga, gaunku?”tanyaku.
“kau terlihat baik-baik saja, tidak satupun sehelai rambut yang keluar dari tatanannya”kata kim bum sambil merangkulku.
“oke so eun.. sudah waktunya kalian pergi berbulan madu, kalian tidak mau ketinggalan pesawatnya kan? Ohh iya aku juga sudah menyiapkan semua barang yang kau butuhkan nanti so eun”kata shin hye yang tiba-tiba datang.
“baiklah shin hye.. terima kasih.. ini sungguh pernikahan yang terindah yang pernah ada”kataku sambil memeluk shin hye.

Ibuku dan kim tae hae (ibu kim bum) sudah menunggu dilantai atas. Mereka dengan cepat membantuku menanggalkan gaun pengantinku dan mengenakan gaun bulan madu berwarna biru tua pilihan shin hye. Aku bersyukur seseorang mencopoti jepit dari rambutku dan membiarkannyaa tergerai lepas ke punggung, ikal sehabis di kepang, menyelamatkanku dari akibat sakit kepala nantinya.

“aku akan melangsung meneleponmu eomma setelah aku tau dimana tempat bulan maduku” janjiku pada ibuku waktu aku memeluknya untuk berpamitan.

Aku tahu bulan madu rahasia ini mungkin membuatnya sinting karena ibuku membenci rahasia-rahasiaan kecuali dia diikut sertakan. Kim bum merahasiakan bulan madunya dariku.

Aku turun dari tangga dengan cepat karena aku tidak mau ketinggalan pesawat untuk bulan madu aku dengan kim bum nanti. Kim bum sudah menunggu aku dibawah dan pakaiannya juga sudah diganti, menjadi pakaian yang lebih santai.

Aku berpamitan dengan kedua orang tuaku dan keluarga baruku sekarang (keluarga kim bum).
Aku memeluk ibuku dan ayahku setelah itu kami pergi menggunakan mobil. Ketika mobil itu mau meluncur pergi semua tamu disana dan keluargaku melambaikan tangan kepada kami, aku dan kim bum Cuma tersenyum membalas lambaian mereka. Kim bum meremas tanganku

“aku cinta padamu” katanya.
“maka dari itu sekarang kita berada disini”kataku sambil menyandarkan kepalaku di lengannya.

Saat kami berbelok memasuki jalan tol yang gelap pekat dan kim bum menginjak pedak gas dalam-dalam, aku mendengar suara lain meningkahi derum suara mobil, berasal dari hutan belakang kami. kalau aku saja bisa mendengarnya, kim bum juga pasti bisa.tapi dia tidak mengatakan apa-apa sementara suara itu perlahan-laha menghilang.

“Houston?” tanyaku, mengangkat alis begitu kami tiba di gerbang keberangkatan di seattle.
“hanya transit sebentar” kim bum meyakinkan sambil nyengir.

Rasanya aku baru saja tertidur waktu dia membangunkanku. Aku masih sempoyongan karena mengantuk waktu kim bum menyeretku melintasi beberapa terminal, susah payah berusaha mengingat untuk membuka mata setiap kali selesai mengerjap. Butuh beberapa menit baru aku bisa sepenuhnya tersadar ketika kami berhenti didepan konter penerbangan internasional, check in untuk penerbangan berikutnya.

“Rio de janeiro?” tanyaku sedikit waswas.
“transit juga” kata kim bum.

Penerbangan menuju amerika selatan panjang tapi nyaman, di tempat duduk kelas 1 yang lebar dalam dekapan kim bum yang merangkulku. Aku tertidur pulas dan terbangun dalam kondisi bugar saat pesawat terbang mengitari bandara, cahaya matahari yang mulai terbenam menerobos memasuki jendela pesawat.
Kami tidak tinggal di bandara untuk menyambung untuk naik pesawat lain seperti dugaanku semula. Kami malah naik taksi menembus jalan-jalan kota rio yang gelap, hiruk-pikuk, dan ramai.

Karena tidak bisa memahami sepatah katapun instruksi yang diucapkan kim bum dalam bahasa portugis kepada supir taksi, aku hanya bisa menduga kami pergi untuk mencari hotel dan beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan. Aku dan kim bum setelah selesai istirahat, kami menggunakan kapal yang disewa kim bum untuk ke suatu tempat.

“kita akan kemana bum?”tanyaku.
“nanti kau juga akan tau” kata kim bum sambil tersenyum.

Kami pun sampai di sebuah pulau. Sungguh pulau yang sangat indah.

“inilah tempat bulan madu kita”kata kim bum.
“ne? ini sungguh pulau yang indah ah bum”
“iya.. pulau ini pulau pemberian Kim tae hae (ibu kim bum), nama pulau ini adalah pulau Kim”
“pulau kim?” tanyaku tidak percaya.
“haha iya.. pulau yang diberikan ayahku dan ibuku sebagai hadiah pernikahan kita, mereka juga sudah menyediakan sebuah rumah yang besar yang mungkin cukup untuk kita berdua dan ibuku juga sudah menyediakan pembersih (pembantu maksudnya) untuk rumah kita.” jelas kim bum.
“ayo kita masuk” ajak kim bum.

Breaking dawn Part 5 (Versi bumsso)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking dawn Part 5 (Versi bumsso)
Genre: Romantic
cast:
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).


Pernikahan beralih dengan mulus ke pesta resepsi, bukti perencanaan shin hye yang sempurna. Senja baru saja turun melingkupi sungai, upacara pernikahan berjalan tepat waktu, memberi kesempatan pada matahari untuk terbenam di balik pepohonan. Lampu-lampu di pepohonan berpendar-pendar saat kim bum membimbingku melewati kaca belakang. Kim bum membawaku ke pesta dansa dan mulai berdansa bersamaku.

“menikmati pesta Nyonya kim?” bisik kim bum di telingaku.

Ada rasa aneh ketika kim bum memanggilku dengan sebutan nyonya kim, aku telah resmi menjadi istri kim bum dan juga sudah resmi menjadi nyonya kim sekarang.

“butuh waktu yang lama untuk membiasakan diri dengan panggilan seperti itu”kataku sambil tersenyum.
“kita memiliki banyak waktu so eun” kata kim bum sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku dan mencium bibirku lembut. Kamera berebut-rebut mengabadikan moment itu.

Music berganti dan ayahku menepuk bahu kim bum.

“sekarang giliranku untuk berdansa dengan putriku yang sudah dewasa ini” kata ayahku.

Aku dan ayahku mulai berdansa. Butuh waktu yang lama untuk menyeimbangkan tarianku dengan ayahku karena ayahku agak kaku dalam berdansa. Kim bum dan kim tae hae (ibu kim bum) menari memutar-mutari kami.

“aku pasti akan merindukanmu di rumah so eun, belum-belum aku sudah merasa kesepian”
“aku merasa tidak enak kepada appa karena harus membiarkan appaku ini memasak sendirian”
“haha soal masakan itu bisa diatasi tapi sering-seringlah meneleponku kalau kau sempat so eun”
“ne aku janji appa” kataku.

Rasanya aku sudah berdansa dengan semua orang tapi aku hanya ingin bersama dengan kim bum lebih dari apapun.

“kau masih saja tidak menyukai mike ya?” ketika kim bum menarikku menjauhinya.
“tidak kalau saja aku tidak mendengar semua pikirannya, masih untung aku tidak mengusir atau menendangnya dari sini” kata kim bum sambil tersenyum
“haha ne” kataku.

“ada yang ingin bertemu denganmu so eun dan sepertinya kau juga belum berdansa dengannya” kata kim bum.
“hah? Emangnya dia siapa?”tanyaku heran.

Tidak berapa lama keluarlah Lee sungmin dari balik pintu.

“sungmin?” kataku langsung memeluk tubuhnya sungmin. Sungmin pun membalas pelukanku.

“aku sangat merindukanmu Sungmin ahh”
“ne aku juga merindukanmu, sangat sangat merindukanmu” katanya mempererat pelukannya padaku.

Aku dan sungmin mulai berdansa mengikut irama musiknya dan kim bum meninggalkan kami berdua.

“kau memotong rambutmu?” tanyaku.
“ne.. lebih mudah begini”katanya
“bagus”dustaku.
“bagaimana keadaanmu sungmin yang sebenarnya? Tanyaku khawatir.
“aku baik-baik saja so eun, sungguh”katanya.

Sungmin dan aku berdansa dan sungmin beberapa kali membuat lelucon yang membuatku tertawa, sungmin benar-benar sahabat baikku tetapi dia menaruh perasaan kepadaku. Sebenarnya aku juga mencintainya tetapi aku lebih mencintai kim bum.

“setelah ini aku dan kim bum akan pergi untuk berbulan madu sesungguhnya, aku pasti bakal merindukanmu sungmin”kataku.
“apa? Apa maksudmu berbulan madu sesungguhnya? Apa kau gila so eun? kau akan berbulan madu dengan vampirmu? Kau mesti membatalkan rencanamu ini” kata sungmin serius dan langsung memberhentikan gerakan kami.
“aniyo.. aku tidak akan membatalkannya.. aku akan menikmati bulan maduku yang sesungguhnya bersama kim bum, dan aku bisa melakukan apa saja, jangan ikut campur” bentakku kepada sungmin.

Kedua tangan sungmin yang besar mencengkram kedua lenganku dengan keras sehingga aku merasakan kesakitan.

“aduhh lepasin sungmin”
“apa kau gila so eun? kau tidak mungkin melakukan hal setolol itu, dia bisa saja membunuhmu kalau dia kehilangan kendali” kata sungmin sambil mengguncangkan tubuhku.
“sudah aku bilang jangan ikut campur sungmin, ini benar-benar bukan urusanmu” bentakku lagi.
Kim bum yang mendengar perkelahian kami langsung menghampiri kami.
“jauhi so eun, lee sungmin”kata kim bum.

Saudara-saudara kim bum pun membawa lee sungmin pergi dari pesta pernikahanku.

Breaking dawn Part 4 (Versi bumsso)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking dawn Part 4 (Versi bumsso)
Genre: Romantic
cast:
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).



“Belum-belum aku sudah rindu padamu”
“Aku tidak perlu pergi, aku bisa tetap disini….”
“hmmmmm”

Hening yang cukup panjang, hanya detak jantungku bertalu-talu, desah napas kami yang tersengal dan bisikan bibir kami yang bergerak dengan sinkron.
Terkadang aku sering melupakan kenyataan bahwa aku sedang berciuman dengan vampire. Bukan karena ia terkesan biasa-biasa saja atau mirip manusia. Sedetikpun aku tidak pernah melupakan bahwa aku mendekap seseorang yang lebih menyerupai malaikat daripada manusia, tapi karena dia member kesan seakan-akan bukan masalah menempelkan bibirnya di bibirku, wajahku, leherku. Dia mengaku sudah lama mampu mengatasi godaan yang dulu pernah ditimbulkan darahku terhadap dirinya (kim sang bum) bahwa bayangan kehilangan diriku telah membuat gairah kim bum untuk menghisap darahku lenyap sama sekali. Tapi aku tahu bau darahku masih membuatnya nyeri.

Aku membuka mata dan melihat matanya juga lagi menatap wajahku. Rasanya tidak masuk akal setiap kali ia memandangi aku seperti itu. sesaat tatapan kami bertemu, matanya yang keemasan begitu dalam hingga aku membayangkan dapat memandang hingga kedalam jiwanya. 
Walaupun kim bum seorang vampire tetapi dia memiliki jiwa yang paling indah. Dia membalas tatapanku seolah dia juga bisa melihat kedalam jiwaku dan juga seolah-olah dia menyukai apa yang dia lihat.

Tetapi dia tidak bisa melihat kedalam pikiranku seperti ia bisa melihat pemikiran orang lain. Entah mengapa bisa begitu, tidak ada yang tau, mungkin ada yang aneh dengan otakku karena bisa kebal dari hal-hal luar biasa makhluk immortal (hanya pikiran so eun yang kebal tapi tidak dengan tubuhnya yang masih bisa dipengaruhi oleh para vampire dengan kemampuan yang berbeda-beda dari kim bum).
Kutarik lagi wajah kim bum ke wajahku.

“kalau begitu jelas aku akan tetap berada disini (dikamar so eun)” gumam kim bum sejurus kemudian.
“tidak.. tidak,, inikan pesta bujanganmu. Kau harus pergi”

Meski mulutku berkata begitu tetapi jari-jari tanganku tetap meremas rambutnya dan tangan kiriku merengkuh punggungnya. Kedua tangannya yang dingin membelai wajahku.

“pesta bujangan dirancang untuk orang-orang sedih Karena akan meninggalkan masa lajangnya. Sedangkan aku justru bersemangat melepaskannya. Jadi sebenarnya tidak ada gunanya”
“benar” aku menghembuskan napas dikulit lehernya yang dingin.

Ini nyaris mirip dengan tempat bahagiaku. Ayahku sedang tidur nyenyak di kamarnya jadi praktis Cuma aku dan kim bum berduaan dikamarku. Kami bergelung di tempat tidurku yang kecil. Sebisa mungkin berpelukan erat walaupun badanku terhalang oleh selimut yang tebal yang aku lilitkan di tubuhku, tapi bagaimana bisa bermesraan kalau gigi-gigiku aja bergemeletukan karena dinginnya tubuh kim bum. Ayahku bakal curiga kalau aku menyalakan pemanas di bulan agustus atau di musim panas ini.

Setidaknya walaupun badan aku terbungkus rapat oleh selimut, kemeja kim bum tergeletak di lantai. Sampai sekarang aku masih saja takjub dengan betapa sempurnanya tubuh kim bum yang putih, dingin dan mulus seperti marmer. Kini tanganku membelai dadanya yang sekeras batu, mengelus permukaan perutnya yang datar, hanya mengagumi. Kim bum bergidik nyaris tak kentara, lalu kembali melumat bibirku. Napasnya yang wangi membelai wajahku.

Kim bum bergerak hendak menarik diri, itu respon otomatisnya setiap kali ia menganggap kami sudah melewati batas. Sebenarnya dia ingin melanjutkannya, hampir sepanjang hidupnya tetapi dia menolak semua kenikmatan fisik yang nantinya bakal membahayakanku.

Saudara-saudara kim bum pun datang dan dari bawah jendela dapat terdengar suara mereka yang sedang memanggil kim bum.
“pergilah”kataku

Dia pergi tapi sebelum dia pergi, dia mengecup keningku sebentar lalu mengambil pakaiannya dan turun kebawah lewat jendela kamarku. Aku pun tertidur setelah itu.

Hari H (hari pernikahan kim bum dengan so eun) pun tiba.
Sekarang aku sedang menata wajahku untuk secantik mungkin yang dibantu oleh ji yeon dan park shin hye.

“terima kasih so eun, kau tetap mempertahankan hubunganmu dengan kim bum saudaraku walaupun banyak melewati rintangan dan sampai saatnya sekarang ini tapi ingatlah ucapanku so eun, jangan pernah merubah tubuhmu yang hangat ini dulu menjadi seperti kami sebelum mendapatkan apa yang kau inginkan dari tubuhmu ini. ada baiknya dari tubuhmu itu seperti halnya yang tidak pernah dapat kami berikan dari tubuh kami yang sudah mengeras ini” kata ji yeon sambil menata rambutku.
“ne eonnie.. aku akan mendengarkan perkataanmu” kata aku.

Shin hye berjalan kearah lemari dan datang membawa gaun pengantinku. Aku memakai gaun pengantinku dan melihat pantulan wajahku sendiri di kaca yang besar.

“so eun? so eun?” panggil ibuku.
“oh ternyata kau disini nak” sambung ibuku.
“ne eomma” kataku sambil tersenyum kepada ibuku.
“ya ampun so eun, kau terlihat bergitu cantik, aku jadi ingin menangis”kata ibuku.
Shin hye mengeluarkan sapu tangan itu dan memberikannya kepada ibuku.
“gomawo” kata ibuku.
“lihatlah Charlie, anak kita sudah dewasa dan akan menikah, anakmu dan anakku” kata ibuku.
“iya.. anak kita” sambung ayahku.
ibuku mengeluarkan sebuah tusuk konde dari kotak dan memberikannya kepadaku.
"cuma ini yang dapat kami berikan kepadamu nak dan ada sebuah berlian didalamnya"kata ibuku.
"wow ini sungguh cantik bu, terima kasih" kata ku sambil memberikan tusuk kondenya kepada ji yeon. ji yeon pun menusukkannya di rambutku.


Aku pun sudah siap, ayahku menggandengku keluar ruangan dan dapat kulihat begitu banyak tamu yang hadir. Rumah kim bum yang awalnya sungguh rapi sekarang berubah menjadi tempat pesta yang sangat bagus. Kami mulai berjalan kearah kim bum dan aku merasa sedikit gugup tetapi karena senyuman kim bum kepadaku, rasa gugup ku sedikit menghilang.
Aku telah sampai di depan kim bum. Kami mengucapkan janji suci kami didepan tamu-tamu. Setelah selesai mengucapkan janji suci, kami pun berciuman hingga lupa dengan tamu-tamu di sekeliling kami. suara tepukan tangan para tamu pun mulai terdengar dan kami tersenyum.

Breaking Dawn Part 3 (versi bumsso)

Auhtor: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking Dawn Part 3 (versi bumsso)
Genre: Romantic
Cast
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).


Lama tidak terdengar apa-apa. Kemudian aku baru sadar kalau semua orang menunggu aku yang memulai pembicaraan. Aku pun memandangi kim bum dan kim bum tersenyum kepadaku lalu memandangi ayahku.

“ahjussi, aku sadar aku telah melakukan dengan cara tidak sopan, seharusnya aku meminta ijin dulu kepadamu. Aku tidak bermaksud kurang ajar tapi karena so eun sudah meng’iyakan dan aku menghargai keputusannya jadi aku meminta ijin kepadamu untuk melamarnya, aku memintamu merestui kami. kami akan menikah. Aku sangat mencintai dirinya dan dirinya juga sangat mencintai aku jadi ku mohon, restuilah kami”

Kim bum terlihat sangat tenang dan sangat yakin.
“kurasa aku tidak terlalu terkejut mendengar hal ini, aku tau tak lama lagi aku akan menghadapi hal semacam ini, apa kamu yakin tentang hal ini so eun?”
“aku seratus persen yakin tentang kim bum ayah” aku menjawab pertanyaan ayahku dengan mantap.

Terburu-buru karena semakin hari aku semakin mendekati umur aku yang ke 19 sementara kim bum tetap dalam kesempurnaan usia 17’nya. Dalam pandanganku, kenyataan ini memang tidak mengharuskan pernikahan tapi itu harus dilakukan akibat dari perjanjian kami yang rumit dan berbelit yang dibuat kim bum dan aku hingga akhirnya mencapai titik ini, menjelang transformasiku dari manusia ke vampire.
Hal-hal seperti ini tidak bisa aku jelasin ke ayahku.

“hmm baiklah kalau itu yang bisa membuat kalian bahagia, ayah merestui kalian”.
“gomawo appa” kata aku sambil memeluk ayahku.
“tapi ada syaratnya?” kata ayahku lagi.
“mwo? apa syaratnya?”
“kamu harus memberitahu itu sendiri kepada ibumu, aku tidak mau mengatakan sepatah kata pun kepadanya” hahaha kata ayahku sambil tertawa terbahak-bahak.
“ne.. gomawo appa”.

>>>>>>>>>>>

Aku berhenti dengan tangan memegang gagang pintu. “so eun?” kata ibuku yang agak mengejutkanku.

“eomma ada sesuatu yang perlu aku beritahu kepadamu, aku akan menikah dengan kim bum.” Kata aku yang terbata-bata mengucapkan kata itu.
“aku kesal kau baru mengatakannya sekarang” kata eommaku.
“apa maksud eomma aku baru mengatakannya sekarang, aku kan baru bertunangan eomma”.
“sebenarnya aku berasumsi bahwa kalian akan memberitahu aku lebih cepat tentang ini, kelihatannya hubungan kalian sangat serius jadi eomma sudah menunggu kabar baik ini dari kemarin dank au baru mengatakannya sekarang” kata eomma aku yang pura-pura kesal.

“jadi eomma menyetujui hubungan kami eomma?”
“ne sayang” kata ibuku sambil tersenyum

Selama beberapa minggu terakhir ini ternyata ibuku tenggelam sepenuhnya pada urusan persiapan pernikahanku. Berjam-jam dia habiskan untuk bertelepon-teleponan pada ibu kim bum, kim tae hae. Tidak ada kekhawatiran pada aku karena ibuku dan ibu kim bum dapat akrab sangat cepat.
Ibuku memuja kim tae hae (ibu kim bum), tapi memang, aku ragu bakal ada yang tidak memuja wanita berbaik hati itu, calon mertuaku.

Itu membuat aku terbebas dari segala kerepotan mengurusi persiapan pernikahan. Keluarga kim bum dan keluargaku mengurus segalanya tanpa aku harus ikut campur atau terlalu repot memikirkannya.

Ayahku marah sekali tentunya kepada ibuku. Dia berharap ibuku bakal menolak rencana pernikahan aku tetapi ibuku malah mendukung rencanaku.

“appa?” panggilku sambil mendorong pintu depan. “aku sudah pulang.”
“tunggu so eun, tetaplah disana’’.
“hah?’ tanyaku. Otomatis menghentikan langkahku.
“tunggu sebentar. Aduh, mati aku, park shin hye”
Park shin hye?
“maaf ahjussi” sahut park shin hye, suaranya melengking. “bagaimana kalau begini?”.
“gawat.”
“kau baik-baik saja? Tidak gawat kok, percayalah padaku”.
“apa yang terjadi?” tuntutku, ragu-ragu di ambang pintu.
“tiga puluh detik, please so eun” pinta park shin hye. “kesabaranmu bakal menerima imbalan setimpal”.
“hahhh”sungut ayahku.

Aku mengetuk-ngetukkan kaki aku sambil menghitung ketukannya tetapi belum sampai ketukan ke 30 park shin hye sudah berseru “oke so eun, ayo kita masuk.”
Bergerak dengan hati-hati aku memasuki ruang tamu dan

“oh” aku terperangah. “aw appa, appa kelihatan..”
“tolol?” sela ayahku.
“menurutku lebih tepat di bilang gagah”.
Wajah ayahku merah padam. Park shin hye meraih sikunya dan memutar tubuh ayahku pelan untuk memamerkan tuksedo abu-abu muda itu.
“sudahlah park shin hye, aku kelihatan seperti orang idiot”.
“tidak ada orang yang aku dandani kelihatan seperti orang idiot” kata park shin hye.
“dia benar ayah, ayah kelihatan tampan sekali. Ada acara apa?”
Park shin hye memutar bola matanya. “ini pengepasan terakhir, untuk kalian berdua”.

Untuk pertama kalinya aku mengalihkan pandanganku dari ayahku ke gaun putih yang diletakkan di sofa itu.

“aaahhh”
“pergilah ke tempat bahagiamu so eun, tidak butuh waktu lama kok”.

Aku meghirup napas dalam-dalam dan tersaruk-saruk menaiki tangga menuju kamarku. Aku menanggalkan pakaianku hingga tinggal pakaian dalam dan mengulurkan lenganku lurus-lurus kedepan.

“kau bersikap seolah-olah aku hendak menyisipkan serpihan bambu di bawah kukumu” gerutu park shin hye sambil mengikuti aku masuk kamar.

Aku mengabaikannya. Aku sedang berada di tempat bahagiaku.
Kim bum merahasiakan tempat berbulan madu kami, katanya sebagai kejutan untukku tapi aku tidak begitu memikirkannya asalkan aku bisa berdua dengan kim bum saja sudah cukup.

Kim bum dan aku akan bersama-sama dan aku telah memenuhi persyaratannya secara sempurna. Aku akan menikah dengannya. Itu yang paling penting. Tapi aku juga harus menerima semua hadiahnya yang berlebihan dan telah terdaftar meski percuma di universitas Dartmouth untuk musim gugur nanti.
Sekarang giliran kim bum, sebelum dia mengubahku menjadi vampire, masalahnya dia mempunya syarat lagi.

Kim bum seperti memendam kepeduliannya tentang pengalaman-pengalaman manusianya yang akan kukorbankan.
Masalahnya begini, aku tahu sedikit tentang bagaimana jadinya aku nanti kalau sudah bukan manusia lagi. Aku sudah pernah melihat sendiri vampire-vampir baru lahir dan aku sudah mendengar cerita hari-hari pertama yang liar itu dari calon keluargaku. Selama beberapa tahun cirri kepribadian terbesarku adalah dahaga.
Dibutuhkan waktu cukup lama sebelum aku bisa menjadi diriku lagi dan bahkan saat sudah bisa mengendalikan diriku lagi.

Aku menginginkan pengalaman yang utuh sebelum menukar tubuhku yang hangat, rapuh dan dipebuhi feromon ini dengan sesuatu yang indah, kuat, dan tidak dikenal. Aku menginginkan bulan madu yang sesungguhnya bersama kim bum dan meski takut akan membahayakan diriku tapi dia setuju untuk mencobanya. (maksudnya itu bercinta).

Park shin hye yang setelah menyelesaikan urusannya dengan aku pun pergi. Aku hanya ingin bersama kim bum di tempat bahagiaku. Hanya itu saja yang aku inginkan.

Breaking Dawn Part 2 (bumsso version)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking Dawn Part 2
Genre: romantic ?
Cast:
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).


Aku langsung menghentikan pikiran itu, menolak menyimpulkannya. Aku mencoba menyimak suara kedua lelaki diluar yang terendam badan mobil.
“menurutmu cewek ini orang penting?” si pendek bertanya, suaranya pelan. Aku merunduk, pipiku merah padam.

“hah?” sahut si jangkung “mungkin. Entah apa yang mungkin muncul di sekitar sini sampai-sampai kau membutuhkan kaca tahan-misil dan bodi baja yang sanggup menanggung beban hingga dua ribu kilogram. Pasti dia sedang menuju tempat lain yang berbahaya.

Aku bukannya tidak mengira kim bum akan memanfaatkan kesepakatan kami, sengaja membuatnya berat sebelah agar ia bisa memberi jauh lebih banyak daripada yang ia terima. Aku setuju ia boleh mengganti trukku kalau memang perlu diganti, meskipun tidak menyangka moment itu akan datang begitu cepat, tentu saja. Ketika aku terpaksa mengakui trukku sudah berubah jadi tugu peringatan bagi chevy klasik di pinggir jalan depan rumahku, aku tahu mobil pengganti pilihan kim bum kemungkinan besar akan membuatku malu.
Menjadikanku focus perhatian dan bisik-bisik.
Untuk urusan itu ternyata aku benar. Tapi bahkan dalam imajinasi terliarku sekalipun, aku sama sekali tidak mengira kim bum akan memberikanku dua mobil.

Mobil sesudah dan sebelum, begitu alasan kim bum waktu aku mengamuk.
Yang ini baru mobil sebelum. Kata kim bum, ini hanya mobil pinjaman dan berjanji akan mengembalikannya setelah pernikahan nanti. Semua itu tidak masuk akal bagiku. Sampai sekarang.

Ha ha. Karena aku manusia yang sangat rapuh, mudah celaka, sering menjadi korban kesialanku sendiri, rupanya aku membutuhkan mobil yang tak mempan dilindas tank agar tetap aman. Menggelikan. Aku yakin kim bum dan saudara-saudara lelakinya itu kenyang menertawakanku di belakang punggungku.

Atau mungkin, mungkin saja, suara kecil berbisik dalam benakku, itu bukan lelucon, tolol. Mungkin kim bum memang benar-benar mengkhawatirkanku. Ini bukan pertama kalinya ia agak berlebihan dalam usahanya melindungiku.

Aku mendesah.
Aku belum melihat mobil setelah. Mobil itu tersembunyi di balik selubung dan diparkir di bagian paling ujung garasi keluarga kim bum. Aku tahu kebanyakan orang pasti sudah mengintip sekarang, tapi aku benar-benar tidak ingin tahu.
Mungkin mobil itu tidak dilengkapi bodi baja karena aku tidak akan membutuhkannya setelah bulan madu nanti. Tidak akan mati hanyalah satu dari sekian banyak kelebihan yang aku nanti-nantikan. Hal terbaik menjadi anggota keluarga KIM (keluarga Kim bum) bukanlah memiliki mobil mahal dan kartu kredit mengesankan.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Begitu mendengar suara mobil polisi Charlie (ayah So eun) mendekat. Cincin itu tiba-tiba terasa sangat berat dijari manisku. Ingin rasanya kusurukkan tangan kiriku ke saku atau mungkin mendudukinya tapi genggaman tangan kim bum yang dingin dan erat membuatnya tetap di pangkuan.
“berhenti bergerak-gerak so eun, ingatlah kau bukan hendak mengaku telah membunuh orang.”
“mudah bagimu untuk berbicara begitu”
Aku mendengar suara mengerikan sepatu bot ayahku menapaki trotoar.
“tenanglah so eun,” bisik kim bum, mendengar detak jantungku yang semakin kuat.
Pintu dibuka hingga membentur dinding, dan aku tersentak seperti ditampar.
“annyeong ahjussi” seru kim bum, sikapnya benar-benar rileks.
“jangan” protesku pelan
“apa?” kim bum balas berbisik.
“tunggu sampai dia menggantung pistolnya dulu”

Kim bum terkekeh dan menyusupkan tangannya yang bebas ke sela-sela rambut perunggunya.

Ayahku muncul dari sudut ruangan , masih mengenakan seragam, masih bersenjata dan berusaha tidak mengernyit waktu melihat kami duduk di sofa dua dudukan. Ia berusaha keras untuk lebih menyukai kim bum, tentu saja apa yang akan kami sampaikan ini jelas akan langsung membuatnya berhenti mencoba.

“hei ada apa?”
“ada yang ingin kami bicarakan” kata kim bum sangat tenang. “ada kabar baik”
“kabar baik?” geram ayahku, memandangiku lurus-lurus.
“appa duduklah”

Alis ayahku terangkat sebelah memandangiku selama 5 detik, berjalan sambil mengentakkan kaki ke kursi malas, lalu duduk di ujungnya dengan punggung tegak.
“jangan tegang begitu appa” kataku setelah hening yang menjengahkan. “semuanya beres”

Kim bum nyengir dan aku tahu ia tidak menyukai istilah beres yang aku gunakan. Ia sendiri akan menggunakan istilah baik-baik saja atau sempurna atau menyenangkan.
“tentu so eun, tentu. Kalau benar semuanya beres. Lantas mengapa keringatmu besar-besar sebiji jagung begitu?”

“aku tidak berkeringat” dustaku.
Aku takut dipandangi begitu galak oleh ayahku, merapat pada kim bum dan tanpa sadar mengusapkan punggung tangan kananku ke dahi untuk menghilangkan barang bukti.

“kau hamil?” ayahku meledak. “kau hamil kan?”
Walaupun pertanyaan itu jelas-jelas ditujukan kepadaku tapi tatapan garangnya sekarang tertuju kepada kim bum dan berani sumpah aku sempat melihat tangannya bergerak hendak meraih pistol.
“tidak! Tentu saja aku tidak hamil!” ingin rasanya aku menyikut rusuk kim bum tapi tahu gerakan itu hanya akan membuat siku ku memar. Sudah ku bilang kepada kim bum, orang-orang pasti bakal langsung menyimpulkan begitu. Apa lagi alas an orang waras menikah di usia 18 tahun. (jawaban kim bum waktu itu membuatku memutar bola mata. Cinta. Yang benar saja?)
Kemarahan ayahku sedikit mereda. Biasanya memang sangat jelas tergambar di wajahku apakah aku berkata jujur dan ia sekarang percaya kepadaku. “oh maaf”
“permintaan maaf diterima”.

Breaking Dawn ( Versi Bumsso) (part 1)

Author: Chintami ( Mediyanti Christin)
Judul : Breaking Dawn ( Versi Bumsso)
Genre: romantic
Cast: Kim Bum, Kim so eun, Lee Sung Min

Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).

Aku sudah cukup sering mengalami peristiwa ketika aku nyaris mati, tapi bukan berarti dengan begitu aku jadi terbiasa. Namun anehnya, lagi-lagi aku harus berhadapan dengan kematian, dan tidak bisa mengelak darinya.
Meski begitu kali ini sangat berbeda dari yang suda-sudah.  Kau bisa melarikan diri dari orang yang kau takuti, kau bisa melawan orang yang kau benci. Semua reaksiku siap menghadapi pembunuh-pembunuh semacam itu, para monster, para musuh.
Tapi bila kau mencintai orang yang membunuhmu, kau tak punya pilahan lain, bagaimana kau bisa melarikan diri?. Jika kau melakukannya berarti mencelakakan orang yang kau cintai? Bila nyawamu satu-satunya yang harus kau berikan untuk orang yang kau cintai, bagaimana mungkin tidak kau memberikannya?
Bila itu orang yang benar-benar kau cintai?.

>>>>>>>>>

BERTUNANGAN

Tak ada yang menatapmu, aku meyakinkan diriku sendiri. Tak ada yang menatapmu, tak ada yang menatapmu. Tapi karena aku tidak pintar berbohong bahkan pada diriku sendiri, aku merasa harus mengeceknya. Sambil duduk menunggu lampu berubah hijau didepan dari salah satu dari tiga lamu merah kota ini, aku melirik ke kanan didalam minivannya Mrs. Weber jelas-jelas berputar menghadapku dan aku bergidik, bertanya-tanya dalam hati mengapa dia tidak cepat-cepat memalingkan wajah atau terlihat malu. Bukankah tidak sopan menatap orang? Ataukah aturan itu tidak berlaku terhadapku.

Lalu aku teringat bahwa jendela-jendela mobil ini hitam pekat sehingga Mrs. Weber mungkin tidak menyadari bahwa akulah yang berada di balik kemudi, apalagi mengetahui aku memergokinya menatapku. Aku berusaha menghibur diri dengan kenyataan ia tidak benar-benar bermaksud menatapku melainkan menatap mobil ini.
Mobilku, ya ampun.

Aku melirik ke kiri dan mengerang. Dua pejalan kaki tertegun di trotoar, tidak jadi menyebrang gara-gara melongo di belakang mereka, Mr. Marshall memandang keluar etalase toko souvenir kecilnya dengan mulut ternganga. Yah, setidaknya ia tidak menempelkan hidungnya ke kaca etalase.

Lampu berubah hijau dan saking terburu-buru ingin kabur dari situ, aku menginjak pedal gas tanpa berpikir seperti aku menginjak pedal gas truk chevy tuaku untuk menjalankannya.
Mesin meraung bagaikan macan tutul sedang berburu, dan mobil melesat begitu cepat hingga tubuhku membentur jok berlapis kulit hitam ini dan perutku tertekan ke belakang.

“aaarrrgggghhh!” seruku kaget sementara kakiku meraba-raba mencari rem. Sambil menenangkan diri kusentuh pelan pedal rem.
Seketika mobil terhenti.
Aku tak berani melihat sekeliling untuk mengetahui reaksi orang-orang. Kalau tadi mereka bertanya-tanya siapa yang mengendarai mobil ini, sekarang pertanyaan mereka pasti sudah terjawab. Dengan ujung sepatu pelan-pelan kusentuh pedal gas sedikit saja, dan mobil kembali melesat.

Aku berhasil sampai ke tujuan yaitu pompa bensin. Kalau bukan karena tanki bensinku nyaris kosong, aku tidak bakal pergi ke kota sama sekali. Belakangan aku sampai rela meninggalkan kesenangan dan kemudahan hidup, seperti Pop Tarts dan tali sepatu, hanya karena tak ingin tampil di depan umum.

“Eh nona?” seorang pria memanggilku.
Aku berbalik kemudian berharap tidak melakukannya.
Dua pria berdiri di sebelah SUV mewah dan dua kayak baru diikat di atapnya. Tak satupun dari mereka menatapku. Keduanya melongo menatap mobilku. Sejujurnya aku tidak mengerti tapi itu sebenarnya wajar, karena bisa membedakan mana mobil yang bermerek Toyota Ford, dan Chevy saja aku sudah bangga. Mobil ini memang hitam mengilat, mulus, dan keren tapi tetap saja bagiku ini hanya mobil.
“maaf mengganggu tapi boleh tau mobil apa yang kau kendarai itu?” yang jangkung bertanya.

“eh, Mercedes, bukan?”
“benar,” jawab laki-laki itu sopan, sementara temannya yang lebih pendek memutar bola mata mendengar jawabanku. “ aku tahu. Tapi aku penasaran, benerkah itu…. Mercedes Guardian?”

Lelaki itu mengucapkan nama itu dengan sikap takzim. Firasatku mengatakan, lelaki ini pasti bisa bergaul akrab dengan Kim Sang Bum…. Tunanganku (sebenarnya tidak ada gunanya menyangkal istilah itu karena pernikahan toh akan dilangsungkan beberapa hari lagi). “mobil itu seharusnya belum tersedia di eropa” sambung lelaki itu. “ apalagi disini”.

Sementara matanya menyusuri lekak-liku mobilku di mataku kelihatannya tidak ada bedanya dengan sedan-sedan Mercedes lainnya, tapi tau apa sih aku? Sejenak aku memikirkan masalahku berkaitan dengan kata-kata seperti tunangan, pernikahan, suami, dsb.

Rasanya aku tidak mampu menyatukan ketiga kata itu dalam benakku.
Di satu sisi, aku dibesarkan untuk mengerutkan kening pada gaun putih mengembang dan buket bunga. Tapi lebih dari itu aku benar-benar tidak bisa menyatukan konsep suami yang serius, terhormat, dan membosankan dengan konsepku tentang Kim Sang Bum. Rasanya seperti menempatkan malaikat dalam posisi akuntan, aku tidak sanggup membayangkan Kim Sang Bum dalam peran yang paling biasa mana pun.

Seperti biasa, begitu mulai memikirkan Kim Bum, aku langsung terperangkap dalam fantasi-fantasi yang memusingkan. Lelaki tadi sampai harus berdeham-deham untuk menarik perhatianku. Ia masih menunggu jawabanku tentang nama dan asal-usul mobil ini.

“aku tidak tahu” jawabku sejujurnya.
“kau tidak keberatan kalau aku berfoto dengan mobil ini?’’
Butuh sedetik bagiku untuk memprotesnya. “serius nih? Kau ingin berfoto dengan mobil ini?”
“tentu, tidak ada yang bakal percaya kalau aku tidak punya buktinya”
“eh, oke, baiklah.”

Dengan sigap kukembalikan slang bensin ke tempatnya lalu beringsut masuk ke kursi depan untuk bersembunyi, sementara si penggemar mobil mengeluarkan kamera canggih dari tas ranselnya. Ia dan temannya bergantian bergaya di depan kap mesin, kemudian mereka mengambil gambar bagian belakangnya juga.
“aku rindu trukku” aku mengerang sendiri.
Sangat, sangat kebetulan, terlalu kebetulan malah trukku mengembuskan napas terakhirnya hanya beberapa minggu setelah kim bum dan aku menyepakati perjanjian kami yang berat sebelah itu, dimana salah satu detail kesepakatannya adalah bahwa kim bum diperbolehkan mengganti trukku kalau sudah rusak nanti. Kim bum bersumpah tidak melakukan apa-apa, trukku sudah menjalani kehidupan yang panjang dan penuh dan kadaluarsa karena sebab-sebab alamiah. Menurut dia. Dan tentu saja, aku tidak tahu memverifikasi cerita itu atau bagaimana membangkitkan trukku dari kematian. Mekanik favoritku….

I Love You My Private Teacher (Part 2) NC

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: I Love You My Private Teacher Part 2
Genre: Romantic, Friendship, NC
Cast: Kim Sang Bum, Kim So Eun

“appa, eomma, aku pulang” teriakku.
“aduhh.. anaknya eomma sudah pulang, gimana sekolahmu hari ini, apakah sekolah barumu menyenangkan?” tanya eommaku.
“hmm biasa saja eomma”
“aigoo.. kenapa biasa saja? Apakah cewek-cewek disana tidak tertarik dengan anak eomma yang ganteng ini?”
“haha eomma bisa saja, aku mau kekamarku dulu eomma, mau istirahat”
“haha ne.. nanti eomma aku suruh bibi mengantarkan susu untukmu”
“baiklah eomma”

Aku dengan malasnya ke kamarku yang luas itu. aku berbaring di ranjangku yang besar dan  pikiranku kembali lagi mengingat wajah gadis yang duduk disampingku. Dia sungguh cantik pikirku dan dia berbeda dengan gadis lainnya.

Keesokan harinya aku berangkat sekolah dengan malas,sungguh menyebalkan harus sekolah terus. Aku memasuki kelas dan kulihat so eun sedang membaca buku pelajarannya.

“annyeong”sapaku.
“ohh annyeong kim bum” sapanya juga sambil tersenyum.
“kamu nampak rajin ya”kataku memulai pembicaraan.
“hahaha tidak juga kok, daripada tidak ada kerjaan jadi mendingan belajar aja lagian nanti ada ulangan”
“mwo? ulangan? Ulangan apa so eun ah?”
“kamu tidak tahu ya? Kemarin kan bu hye sun ada bilang kalau hari ini ada ulangan akuntansi”
“aduhh akuntansi ya? Hehe, baiklah kalau gitu, makasih so eun” jawabku, lalu mengeluarkan buku akuntansi dari tasku.

Aku Cuma membolak-balikkan buku yang berada di depanku ini. aaiissh aku sungguh tidak mengerti sedikitpun.

Teng Teng Teng.. bunyi bel pun berbunyi sebagai tanda masuk.

Gawat.. aku belum belajar sedikitpun terus tidak ngerti lagi.

Bu hye sun berjalan memasuki kelasku sekarang dan mulai duduk di mejanya.

“anak-anak, apa kalian ingat tentang apa yang ibu beri tahu kemarin?”
“ingat bu” jawab anak-anak di kelasku.
“baiklah kalau begitu, ibu harap kalian sudah belajar dan akan mendapat nilai yang memuaskan”

Bu hye sun mulai membagikan kertas itu dan soal-soal akuntansi sekarang berada di depanku. Pelajaran bu hye sun ada 2 jam dan bu hye sun memberikan kami waktu 1 jam untuk mengerjakan 15 soal di depanku ini.

Aku mulai kebingungan mengerjakannya. Aku sungguh tidak mengerti 1 pun dari soal-soal itu. aku hanya memandangi kertas didepanku. Aku bahkan tidak dapat mengerjakan salah 1 dari 15 soal itu. aku melihat kesampingku, so eun begitu serius mengerjakan soal-soalnya. So eun nampak berpikir lalu menulis lagi.

Mungkin aku bisa nyontek so eun pikirku. Aku mulai melihat kertas so eun dan astaga, panjang banget jawabannya. So eun sudah mengerjakan 13 soal itu dan aku mencoba melihat lagi jawaban kertas so eun. ketika so eun tahu aku yang berusaha untuk melihat jawaban dari dia, dia langsung menutup kertasnya dengan tangannya dan melanjuti menulisnya lagi. Tidak berapa lama kemudian, dia maju kedepan kelas membawa kertasnya dan memberikannya kepada bu hye sun.
Astaga.. dia benar-benar cepat mengerjakan soal itu. bahkan dalam waktu 20 menit saja dia sudah selesai.

Aiishh benar-benar cewek yang pelit, Cuma bagi 1 jawaban aja tidak boleh. Aku mulai memandangi kertasku lagi dan Cuma coret-coret di kertasku saja.

1 jam sudah berlalu. Semua teman-teman sekelasku sudah kumpul, aku hanya pasrah dan Cuma mengumpulkan kertas yang masih kosong dan di belakangnya ada bekas coret-coretanku. Aku tidak mengerjakan 1 soalpun.

“oke anak-anak waktunya sudah selesai dan semua sudah kumpul bukan” tanya bu hye sun.
“ne”
“kalau begitu ibu akan mulai mengoreksi pekerjaan kalian dan kalian boleh santai-santai asalkan kalian jangan ribut, mengerti?”
“ne” jawab kami lagi.

setengah jam sudah berlalu. Ibu hye sun masih mengoreksi pekerjaan ulangan kami. aku mulai mengajak so eun untuk mengobrol.
“so eun, bagaimana ulangannya tadi?” tanyaku. Aku seperti orang bodoh saja, jelas-jelas tadi dia mengerjakan dengan sangat bagus. Aduhh apalagi mengingat tadi aku ketahuan nyontek so eun, sungguh memalukan.
“bagus kok, bagaimana dengan kau sendiri, kau bisa mengerjakan ulangannya tadi?” tanya so eun balik.
“ohh ada yang bisa dan tidak kok” dustaku. Sungguh memalukan pikirku.
“haha makanya lain kali dengarin penjelasan bu hye sun, jangan sibuk sendiri kayak kemarin” dia menjelaskannya sambil tertawa, dan ya Tuhan.. senyumannya sungguh cantik.

Aku benar-benar terpesona dengan senyumannya. Aku hanya mengangguk pelan karena masih terpesona dengan wajahnya. Baru kali ini aku lihat dia tertawa dan betapa cantiknya dia.

Bu hye sun mulai berdiri dari tempat duduknya sedangkan aku masih melihat wajah so eun.

“ehemm? Kim bum ah? Ada yang salah dengan wajahku? Tanya so eun dan bisa kulihat pipinya mulai memerah.
“aniyo”jawabku mulai tersadar.

“anak-anak, pekerjaan kalian sudah ibu koreksi semua dan ibu akan membacakan nilai tertinggi di kelas”
Anak-anak di kelasku nampak diam memperhatikan bu hye sun.
“nilai tertinggi di kelas adalahhh…”
Teman-teman mulai berharap agar mereka yang mendapatkan nilai tertinggi sedangkan aku hanya pasrah. Tidak mungkin aku mendapatkan nilai tinggi.
“Kim So Eun” kata bu hye sun.
Semua teman-teman bertepuk tangan untuk so eun.
“haha so eun selamat ya.. kamu mah tidak heran kalau mendapat nilai tinggi.. toh kamu murid terpintar di sekolah ini” kata salah satu teman so eun yang bernama moon geun young.

Karena aku duduk di tempat moon geun young, bu hye sun memindahkan moon geun young duduk di belakang aku dan so eun.
“makasih moon geun young” balas so eun.

“nah.. yang mendapat nilai terendah di kelas adalahh… Kim Sang Bum” jelas bu hye sun.
So eun nampak kaget dan dari wajahnya ada nampak perasaan bersalah.
“Kim Bum ah.. bukannya kamu duduk sama so eun? seharusnya nilai kamu itu di atas tuntas.. kamu kan bisa meminta so eun untuk mengajari kamu pelajaran yang tidak bisa, apalagi so eun itu kan murid paling pintar di sekolah” jelas bu hye sun.
“lain kali kalau kamu ada yang tidak bisa.. kamu minta so eun untuk menjelaskan ya” sambung bu hye sun.
“ne” jawab ku.
                                          
Aku pulang dengan rasa sakit hati. Aku benar-benar malu dengan so eun. dia begitu pintar sedangkan aku? Aissh.. andai saja aku dikarunia kan otak yang jenius.
“omo.. ada apa dengan anak eomma ini?”tanya eommaku.
“aniyo eomma.. aku Cuma capek.. aku mau kembali kekamar dulu”
“ne’’ jawab eommaku.

“appa.. ada apa ya dengan anak kita? Sepertinya dia tidak menyukai sekolah barunya” tanya eomma kim bum kepada appanya kim bum yang duduk di ruang tamu.
“kamu sebagai ibunya.. coba kamu tanyakan saja kepada kim bum.. mungkin aja dia ada masalah di sekolahnya” jawab appa kim bum sambil membaca Koran.
“ne.. aku akan ke kamarnya sekarang dan coba menanyai nya”
Ibu kim bum mulai ke lantai atas untuk kekamar kim bum.
Tok tok tok

“siapa?”tanya kim bum dari dalam kamar.
“ini eomma sayang.. boleh eomma masuk kedalam?” tanya eomma kim bum.
“ne eomma”.

Ibu kim bum memasuki kamar kim bum dan duduk di tepi ranjang anaknya sambil mengelus kepala anaknya dengan perasaan sayang.

“kim bum ah.. kalau kamu ada masalah.. cerita dong ke eomma”
“aku tidak ada masalah apa-apa kok eomma”
“kamu tidak bisa membohongi eomma karna aku ini ibumu.. eomma tahu kamu sedang ada masalah”
“baiklah eomma.. sebenarnya eomma, aku di sekolah sering mendapat nilai rendah, contohnya saja tadi.. kami ulangan dan aku yang mendapatkan nilai paling rendah di kelas, bukan di sekolah aku yang ini saja eomma tapi di sekolahku yang dulu juga.. bagaimana aku bisa meneruskan perusahaan appa kalau aku nya saja bodoh seperti ini” jelas kim bum.
“ya ampun anak eomma, jadi karena itu, hmm eomma akan mencarikan kau guru les privat yang bagus, bagaimana?” tanya eomma.
“aniyo eomma.. aku sulit bertukar pikiran dengan guru-guru les itu. eomma sendiri ingat bukan waktu di jepang dulu? Sudah berapa banyak guru les yang gagal mengajariku sampai minta berhenti? Aku sungguh sulit bertukar pikiran dengan guru-guru itu eomma”

Malamnya ibu kim bum mulai berbincang dengan ayahnya kim bum soal permasalahan kim bum.

“sayang, kita harus bagaimana? Kim bum mengeluh nilai-nilainya rendah tapi dia menolak untuk mencari guru privat”
“bagaimana kalau kita minta teman sekelas kim bum yang juara 1 saja untuk mengajari kim bum dan menjadi guru les private kim bum? Bagaimana menurut kamu’’ tanya appa kim bum.
“bagus juga ide kamu yeobo, aku setuju.. apalagi kim bum bilang kalau dia tidak bisa bertukar pikiran sama guru-guru les yang beda jauh umurnya dengan kim bum, mungkin kalau kita suruh temannya yang ajarin dia, dia bisa punya kemajuan” setuju ibu kim bum.
“besok aku akan kesekolah kim bum dan mencoba berdiskusi dengan gurunya kim bum” kata appa kim bum.


>>>>>>>>>>>>>>>

Aku pulang kerumah lagi dengan perasaan lesu, selalu saja mendapat nilai rendah. Aku merasa minder dengan so eun. padahal aku menaruh hati kepadanya dan berharap bisa menjadi pacarnya. Tapi nilai aku yang hancur begitu buat aku malu untuk menyatakan perasaanku padanya. Dia begitu pintar, sedangkan aku? 50 aja sudah nilai yang paling tinggi buat aku dari dulu.

“kim bum sayang, kamu sudah pulang?” tanya eommaku.
“iya eomma”
“kamu bersiap-siap dulu, jangan malas-malas seperti itu, eomma sudah mencari guru les yang tepat untuk kamu, 1 jam lagi guru les kamu akan datang dan eomma yakin kau pasti bisa bertukar pikiran dengan guru les kamu yang sekarang”
“baiklah eomma”

1 Jam Kemudian

Aku sudah menunggu kedatangan guru les aku, seperti apa ya penampilan guru les aku yang sekarang?.
Tidak berapa lama, seorang gadis yang cantik datang, gadis yang selalu membuat aku terpesona kepadanya, gadis yang sudah duduk disamping aku selama hampir 2 bulan ini. dan gadis yang sudah memenuhi ruang hatiku juga.

“annyeong kim bum”
“annyeong so eun.. kau kenapa bisa ada dirumahku so eun ah?”
“ohh itu.. aku mulai sekarang adalah guru les private kamu.. dan mulai sekarang juga aku akan mengajarimu semua pelajaran yang tidak kamu bisa, jadi kalau ada soal yang tidak kau bisa, bisa kau tanyakan kepadaku” kata so eun sambil tersenyum lalu duduk di kursi yang dikamarku (disini ceritanya mereka belajarnya didalam kamar ya).
“bagaimana bisa kau yang jadi guru les private aku?”tanya kim bum yang bingung bercampur senang.
“ohh itu.. tadi waktu istirahat aku di panggil ke ruang guru dan ternyata ada ayahmu disana, ayahmu menjelaskan kepada guru dan aku kalau kau kesusahan belajar dan kesusahan untuk bisa memahami apa yang guru kamu jelasin.. sebenarnya tadi ayahmu bertanya pada wali kelas kita bu hye sun siapa murid terpintar di sekolah ini, jadi bu hye sun menjawab aku, terus aku diminta jadi guru les kamu.. sebenarnya aku juga tidak tolak jadi guru les private kamu apalagi selama ini pekerjaan aku emang guru les” jelas so eun.
“nah sekarang karena aku sudah jelasin, ayo kita mulai belajarnya, sekarang kau mau belajar apa dulu bum? Pelajaran yang paling tidak kau bisa menurutmu” sambung so eun.
“hmm sepertinya akuntansi saja, apalagi kemarin akuntansi aku dapat nilai rendah”
“baiklah kalau gitu, kita buka halaman 23 ya tentang kartu persediaan”

Kim bum dan so eun nampak mulai serius belajar, so eun berkali-kali menjelaskan kepada kim bum yang dia tidak ngerti sampai dia ngerti.

Tidak terasa kim so eun sudah menjadi guru les kim bum selama 3 bulan dan sekolah juga sudah mulai mengadakan ujian nasional. Kedekatan so eun dan kim bum mulai nampak makin hari.

Besok adalah hari terakhir ujian, nampak so eun yang bersemangat untuk mengajari kim bum, pasalnya so eun tetap saja kerumah kim bum walaupun sedang hujan deras.

“so eun?”kaget kim bum.
“annyeong kim bum” kata so eun sambil gemetaran karena kedinginan dan seluruh tubuh so eun basah.
“astaga.. so eun, kenapa kau masih datang hujan-hujan begini? Kalau nanti kau sakit bagaimana?” kata kim bum yang khawatir dengan keadaan so eun.
“hehe aku tidak apa-apa kok, YAA.. aku ini mau kau mendapat nilai yang tinggi makanya aku datang”
“hmm ya sudah, kalau gitu kamu sekarang mandi dikamar aku terus aku bakal beri kau pakaian aku”

15 menit kemudian, so eun keluar dari kamar mandi kim bum dengan mengenakan pakaian kim bum. Kemeja kim bum nampak besar di tubuh so eun yang kecil. Kim bum hanya dapat menelan ludah ketika melihat tubuh so eun yang nampak seksi di kemejanya.

So eun mulai menerangkan lagi pelajaran untuk ujian besok. Kim bum bukannya mendengarkan tapi malah sibuk melihat tubuhnya so eun yang seksi.
“heyy kim bum ah? Kau sudah ngerti bukan apa yang tadi aku jelasin?”tanya so eun.
“hah? Apa? Ohh.. iya” jawab kim bum.
“so eun ahh.. kau sudah menjadi guru les aku selama 3 bulan ini dan selalu mengajariku tentang pelajaran, sekarang giliran aku 1 hari yang menjadi gurumu” sambung kim bum.
“hah? Maksudnya? Aku tidak mengerti bum ah” jawab so eun yang masih bingung.
Kim bum mendekatkan wajahnya ketelinga so eun dan membisikkan sesuatu.
“sekarang aku yang akan menjadi gurumu dan akan mengajarimu tentang seks, kau begitu menggoda dan itu adalah salahmu karena sudah membangkitkat nafsuku so eun” bisik kim bum di telinganya.

Deg.. so eun nampak kaget tapi sejurus kemudian kim bum langsung melumat bibir so eun. so eun nampak memberontak dan menolak ciuman kim bum. Kim bum yang semakin nafsu lalu meremas dada so eun, so eun yang terkejut langsung membuka mulutnya. Kim bum tidak menyia-nyiakan itu, langsung di masukkannya lidahnya ke mulut so eun. kim bum memainkan lidahnya di mulut so eun. so eun yang terhanyut dengan permainan kim bum lalu membiarkan saja kim bum menciuminya dengan nafsu. Kim bum menarik so eun ke ranjangnya yang king size dan membaringkan so eun disana. Kim bum mulai menciuminya lagi dan mulai membuka kancing-kancing kemeja so eun. so eun hanya pasrah dengan permainan kim bum.

“panggil aku guru so eun ah” bisik kim bum.
“aniyo.. karena akulah gurumu” kata so eun lalu mendesah lagi karena perbuatan kim bum.

Kim bum setelah membuka semua kancing kemeja so eun lalu terdiam sebentar, terpesona dengan tubuh so eun yang indah.
So eun hanya mengenakan pakaian dalam sekarang. Kim bum meremas dada so eun yang masih terbungkus branya.
Karena tidak mau membuang waktu.. kim bum langsung melepaskan pakaian dalam so eun dalam sekejap lalu membuka semua pakaiannya. Kim bum mencium bibir so eun lagi dan ciumannya turun keleher so eun yang jenjang dan meninggalkan beberapa kissmark disana.
Kim bum mulai memasuki dirinya. Aaaaahh teriak so eun yang kesakitan ketika kim bum memasuki dirinya.
Mereka mulai bercinta. So eun hanya dapat mendesah dan aaaaaahh teriak mereka berdua ketika sudah mencapai puncak kenikmatan mereka. Mereka berdua ambruk di ranjangnya kim bum.
Mereka nampak ngos-ngosan setelah selesai bercinta. Kim bum menghapus keringat so eun dan mencium bibir so eun dengan perasaan sayang.

“I love you” kata kim bum sambil menselimuti tubuh mereka berdua yang naked.

Pukul 9 malam. So eun terbangun dari tidurnya lalu bergegas mengenakan pakaiannya yang tadi basah karena hujan di kamar mandi kim bum lalu dengan cepat pulang karena dia masih harus merawat ibunya.

Keesokan harinya

Ujian sedang berlangsung. Kim bum mengerjakan soal-soal itu dengan teliti dan cermat. Ketika ujian sudah berakhir, kim bum dengan cepat keluar ruangan lalu pergi keruangan so eun tapi so eun sudah tidak berada di ruangannya (disini ceritanya kelas ujian mereka beda ya).
Hari-hari berikutnya tidak nampak so eun, so eun seperti di telan bumi. Sudah 1 bulan dia tidak melihat so eun.
Apa karena perbuatan aku malam itu? aaaarrggghh sial.. seharusnya aku bisa menahan nafsuku dan tidak menyentuhnya, teriak kim bum frustasi. Kim bum juga sudah menyelesaikan SMA’nya dengan nilai yang sangat memuaskan berkat so eun.
Tok tok tok
Pintu kamar kim bum diketuk.

“masuk saja” teriak kim bum.
“kim bum ahh.. appa dan eomma mau berbicara sesuatu denganmu” kata appa kim bum.
“emang berbicara tentang apa?” tanya kim bum cuek.
“appa dan eomma mau menjodohkan kamu dengan anak asisten appa, dia adalah asisten appa yang sangat setia dan baik tapi sayangnya dia sudah meninggal dan karena appa sangat ingin membalas perbuatannya jadi appa mau menjodohkan kamu dengan putrinya, lagian appa juga sudah melihat putrinya, dia anak yang baik dan pasti bakal cocok dengan kamu” jelas appa kim bum.
“aniyo appa, aku sudah mencintai seorang wanita dan aku tidak bisa dan lagian aku masih muda dan baru lulus SMA” kata kim bum.
“jangan melawan permintaan appa, pokoknya kamu harus menikah dengan dia dan pernikahan kalian sudah appa siapkan, 1 minggu lagi kamu akan menikah dengan putri asistennya appa. Emangnya kenapa kalau kamu masih muda? Yang pentingkan appa tidak memintamu menikah pas kau masih duduk di bangku sekolah”
“tapi appa..”
“tidak ada tapi-tapian.. siapkanlah dirimu karena pernikahan kamu 1 minggu lagi”
Appa dan eomma kim bum lalu keluar dari kamar kim bum. Kim bum hanya dapat duduk di tepi ranjangnya, frustasi, itulah yang dia rasakan. Dia sudah kehilangan so eun dan sekarang dia mesti menikah dengan wanita yang tidak pernah dikenalnya. So eun ahh.. sebenarnya kamu kemana? Aku hanya mau menikah dengan kamu.

Hari H

Kim bum berdiri didepan altar sambil menunggu pengantin wanitanya datang.. tidak berapa lama pengantin wanita itu pun datang. Kim bum kaget melihat siapa wanita yang akan dinikahkan ayahnya kepadanya.
“so eun?” bisik kim bum.
So eun hanya tersenyum manis kepadanya dan tidak berapa lama kim bum pun ikut tersenyum kepadanya. Setelah mengucapkan janji suci mereka, Mereka pun berciuman dengan rasa sayang di depan para tamu-tamu.

>>>>>>>>>

Malamnya di rumah kim bum. Nampak kedua pengantin baru yang di kamar kim bum. So eun menyandarkan kepalanya di dada bidang kim bum sambil memainkan jari-jarinya kim bum.
“so eun ahh, bisa kau jelaskan kenapa waktu itu kau menghilang dan bagaimana juga bisa kau yang dijodohkan oleh appaku? “ tanya kim bum.
“hmm sebenarnya waktu itu eommaku sudah sakit parah, aku meminta tolong kepada appamu untuk meminjam biaya untuk pengobatan ibu.. ayahmu yang tahu ibuku siapa lalu memberikan kami uang untuk keluar negeri mengobati penyakitnya ibu.. aku bisa dijodohkan kepadamu karena dulu ayahku bekerja sebagai asisten kepada appamu dan appamu meminta aku menikah dengan kamu, katanya sebagai balasan kebaikan dan jasa yang sudah ayahku berikan kepada ayahmu dan perusahaannya jadi aku menerima tawaran ayahmu apalagi tahu kalau yang dijodohkan kepadaku adalah orang yang aku cintai” jelas so eun sambil tersenyum
“benarkah? Padahal aku sudah hampir gila karena memikirkanmu kemarin karena aku pikir kau marah sama aku karena sudah menyentuhmu”
“haha dasar pabbo”
“apa? Kau bilang aku bodoh, aku sudah lulus dengan nilai memuaskan dan tidak bodoh lagi jadi kamu harus menerima akibat karena sudah mengatakan aku bodoh guru kim so eun” kata kim bum sambil mengeluarkan senyum evilnya.
Kim bum langsung menindih tubuh so eun dan menciuminya lalu menutupi mereka berdua dengan selimut.

The End

I Love You My Private Teacher Part 2 (not NC)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: I Love You My Private Teacher Part 2
Genre: Romantic, Friendship
Cast: Kim Sang Bum, Kim So Eun

“appa, eomma, aku pulang” teriakku.
“aduhh.. anaknya eomma sudah pulang, gimana sekolahmu hari ini, apakah sekolah barumu menyenangkan?” tanya eommaku.
“hmm biasa saja eomma”
“aigoo.. kenapa biasa saja? Apakah cewek-cewek disana tidak tertarik dengan anak eomma yang ganteng ini?”
“haha eomma bisa saja, aku mau kekamarku dulu eomma, mau istirahat”
“haha ne.. nanti eomma aku suruh bibi mengantarkan susu untukmu”
“baiklah eomma”

Aku dengan malasnya ke kamarku yang luas itu. aku berbaring di ranjangku yang besar dan  pikiranku kembali lagi mengingat wajah gadis yang duduk disampingku. Dia sungguh cantik pikirku dan dia berbeda dengan gadis lainnya.

Keesokan harinya aku berangkat sekolah dengan malas,sungguh menyebalkan harus sekolah terus. Aku memasuki kelas dan kulihat so eun sedang membaca buku pelajarannya.

“annyeong”sapaku.
“ohh annyeong kim bum” sapanya juga sambil tersenyum.
“kamu nampak rajin ya”kataku memulai pembicaraan.
“hahaha tidak juga kok, daripada tidak ada kerjaan jadi mendingan belajar aja lagian nanti ada ulangan”
“mwo? ulangan? Ulangan apa so eun ah?”
“kamu tidak tahu ya? Kemarin kan bu hye sun ada bilang kalau hari ini ada ulangan akuntansi”
“aduhh akuntansi ya? Hehe, baiklah kalau gitu, makasih so eun” jawabku, lalu mengeluarkan buku akuntansi dari tasku.

Aku Cuma membolak-balikkan buku yang berada di depanku ini. aaiissh aku sungguh tidak mengerti sedikitpun.

Teng Teng Teng.. bunyi bel pun berbunyi sebagai tanda masuk.

Gawat.. aku belum belajar sedikitpun terus tidak ngerti lagi.

Bu hye sun berjalan memasuki kelasku sekarang dan mulai duduk di mejanya.

“anak-anak, apa kalian ingat tentang apa yang ibu beri tahu kemarin?”
“ingat bu” jawab anak-anak di kelasku.
“baiklah kalau begitu, ibu harap kalian sudah belajar dan akan mendapat nilai yang memuaskan”

Bu hye sun mulai membagikan kertas itu dan soal-soal akuntansi sekarang berada di depanku. Pelajaran bu hye sun ada 2 jam dan bu hye sun memberikan kami waktu 1 jam untuk mengerjakan 15 soal di depanku ini.

Aku mulai kebingungan mengerjakannya. Aku sungguh tidak mengerti 1 pun dari soal-soal itu. aku hanya memandangi kertas didepanku. Aku bahkan tidak dapat mengerjakan salah 1 dari 15 soal itu. aku melihat kesampingku, so eun begitu serius mengerjakan soal-soalnya. So eun nampak berpikir lalu menulis lagi.

Mungkin aku bisa nyontek so eun pikirku. Aku mulai melihat kertas so eun dan astaga, panjang banget jawabannya. So eun sudah mengerjakan 13 soal itu dan aku mencoba melihat lagi jawaban kertas so eun. ketika so eun tahu aku yang berusaha untuk melihat jawaban dari dia, dia langsung menutup kertasnya dengan tangannya dan melanjuti menulisnya lagi. Tidak berapa lama kemudian, dia maju kedepan kelas membawa kertasnya dan memberikannya kepada bu hye sun.
Astaga.. dia benar-benar cepat mengerjakan soal itu. bahkan dalam waktu 20 menit saja dia sudah selesai.

Aiishh benar-benar cewek yang pelit, Cuma bagi 1 jawaban aja tidak boleh. Aku mulai memandangi kertasku lagi dan Cuma coret-coret di kertasku saja.

1 jam sudah berlalu. Semua teman-teman sekelasku sudah kumpul, aku hanya pasrah dan Cuma mengumpulkan kertas yang masih kosong dan di belakangnya ada bekas coret-coretanku. Aku tidak mengerjakan 1 soalpun.

“oke anak-anak waktunya sudah selesai dan semua sudah kumpul bukan” tanya bu hye sun.
“ne”
“kalau begitu ibu akan mulai mengoreksi pekerjaan kalian dan kalian boleh santai-santai asalkan kalian jangan ribut, mengerti?”
“ne” jawab kami lagi.

setengah jam sudah berlalu. Ibu hye sun masih mengoreksi pekerjaan ulangan kami. aku mulai mengajak so eun untuk mengobrol.
“so eun, bagaimana ulangannya tadi?” tanyaku. Aku seperti orang bodoh saja, jelas-jelas tadi dia mengerjakan dengan sangat bagus. Aduhh apalagi mengingat tadi aku ketahuan nyontek so eun, sungguh memalukan.
“bagus kok, bagaimana dengan kau sendiri, kau bisa mengerjakan ulangannya tadi?” tanya so eun balik.
“ohh ada yang bisa dan tidak kok” dustaku. Sungguh memalukan pikirku.
“haha makanya lain kali dengarin penjelasan bu hye sun, jangan sibuk sendiri kayak kemarin” dia menjelaskannya sambil tertawa, dan ya Tuhan.. senyumannya sungguh cantik.

Aku benar-benar terpesona dengan senyumannya. Aku hanya mengangguk pelan karena masih terpesona dengan wajahnya. Baru kali ini aku lihat dia tertawa dan betapa cantiknya dia.

Bu hye sun mulai berdiri dari tempat duduknya sedangkan aku masih melihat wajah so eun.

“ehemm? Kim bum ah? Ada yang salah dengan wajahku? Tanya so eun dan bisa kulihat pipinya mulai memerah.
“aniyo”jawabku mulai tersadar.

“anak-anak, pekerjaan kalian sudah ibu koreksi semua dan ibu akan membacakan nilai tertinggi di kelas”
Anak-anak di kelasku nampak diam memperhatikan bu hye sun.
“nilai tertinggi di kelas adalahhh…”
Teman-teman mulai berharap agar mereka yang mendapatkan nilai tertinggi sedangkan aku hanya pasrah. Tidak mungkin aku mendapatkan nilai tinggi.
“Kim So Eun” kata bu hye sun.
Semua teman-teman bertepuk tangan untuk so eun.
“haha so eun selamat ya.. kamu mah tidak heran kalau mendapat nilai tinggi.. toh kamu murid terpintar di sekolah ini” kata salah satu teman so eun yang bernama moon geun young.

Karena aku duduk di tempat moon geun young, bu hye sun memindahkan moon geun young duduk di belakang aku dan so eun.
“makasih moon geun young” balas so eun.

“nah.. yang mendapat nilai terendah di kelas adalahh… Kim Sang Bum” jelas bu hye sun.
So eun nampak kaget dan dari wajahnya ada nampak perasaan bersalah.
“Kim Bum ah.. bukannya kamu duduk sama so eun? seharusnya nilai kamu itu di atas tuntas.. kamu kan bisa meminta so eun untuk mengajari kamu pelajaran yang tidak bisa, apalagi so eun itu kan murid paling pintar di sekolah” jelas bu hye sun.
“lain kali kalau kamu ada yang tidak bisa.. kamu minta so eun untuk menjelaskan ya” sambung bu hye sun.
“ne” jawab ku.
                                          
Aku pulang dengan rasa sakit hati. Aku benar-benar malu dengan so eun. dia begitu pintar sedangkan aku? Aissh.. andai saja aku dikarunia kan otak yang jenius.
“omo.. ada apa dengan anak eomma ini?”tanya eommaku.
“aniyo eomma.. aku Cuma capek.. aku mau kembali kekamar dulu”
“ne’’ jawab eommaku.

“appa.. ada apa ya dengan anak kita? Sepertinya dia tidak menyukai sekolah barunya” tanya eomma kim bum kepada appanya kim bum yang duduk di ruang tamu.
“kamu sebagai ibunya.. coba kamu tanyakan saja kepada kim bum.. mungkin aja dia ada masalah di sekolahnya” jawab appa kim bum sambil membaca Koran.
“ne.. aku akan ke kamarnya sekarang dan coba menanyai nya”
Ibu kim bum mulai ke lantai atas untuk kekamar kim bum.
Tok tok tok

“siapa?”tanya kim bum dari dalam kamar.
“ini eomma sayang.. boleh eomma masuk kedalam?” tanya eomma kim bum.
“ne eomma”.

Ibu kim bum memasuki kamar kim bum dan duduk di tepi ranjang anaknya sambil mengelus kepala anaknya dengan perasaan sayang.

“kim bum ah.. kalau kamu ada masalah.. cerita dong ke eomma”
“aku tidak ada masalah apa-apa kok eomma”
“kamu tidak bisa membohongi eomma karna aku ini ibumu.. eomma tahu kamu sedang ada masalah”
“baiklah eomma.. sebenarnya eomma, aku di sekolah sering mendapat nilai rendah, contohnya saja tadi.. kami ulangan dan aku yang mendapatkan nilai paling rendah di kelas, bukan di sekolah aku yang ini saja eomma tapi di sekolahku yang dulu juga.. bagaimana aku bisa meneruskan perusahaan appa kalau aku nya saja bodoh seperti ini” jelas kim bum.
“ya ampun anak eomma, jadi karena itu, hmm eomma akan mencarikan kau guru les privat yang bagus, bagaimana?” tanya eomma.
“aniyo eomma.. aku sulit bertukar pikiran dengan guru-guru les itu. eomma sendiri ingat bukan waktu di jepang dulu? Sudah berapa banyak guru les yang gagal mengajariku sampai minta berhenti? Aku sungguh sulit bertukar pikiran dengan guru-guru itu eomma”

Malamnya ibu kim bum mulai berbincang dengan ayahnya kim bum soal permasalahan kim bum.

“sayang, kita harus bagaimana? Kim bum mengeluh nilai-nilainya rendah tapi dia menolak untuk mencari guru privat”
“bagaimana kalau kita minta teman sekelas kim bum yang juara 1 saja untuk mengajari kim bum dan menjadi guru les private kim bum? Bagaimana menurut kamu’’ tanya appa kim bum.
“bagus juga ide kamu yeobo, aku setuju.. apalagi kim bum bilang kalau dia tidak bisa bertukar pikiran sama guru-guru les yang beda jauh umurnya dengan kim bum, mungkin kalau kita suruh temannya yang ajarin dia, dia bisa punya kemajuan” setuju ibu kim bum.
“besok aku akan kesekolah kim bum dan mencoba berdiskusi dengan gurunya kim bum” kata appa kim bum.


>>>>>>>>>>>>>>>

Aku pulang kerumah lagi dengan perasaan lesu, selalu saja mendapat nilai rendah. Aku merasa minder dengan so eun. padahal aku menaruh hati kepadanya dan berharap bisa menjadi pacarnya. Tapi nilai aku yang hancur begitu buat aku malu untuk menyatakan perasaanku padanya. Dia begitu pintar, sedangkan aku? 50 aja sudah nilai yang paling tinggi buat aku dari dulu.

“kim bum sayang, kamu sudah pulang?” tanya eommaku.
“iya eomma”
“kamu bersiap-siap dulu, jangan malas-malas seperti itu, eomma sudah mencari guru les yang tepat untuk kamu, 1 jam lagi guru les kamu akan datang dan eomma yakin kau pasti bisa bertukar pikiran dengan guru les kamu yang sekarang”
“baiklah eomma”

1 Jam Kemudian

Aku sudah menunggu kedatangan guru les aku, seperti apa ya penampilan guru les aku yang sekarang?.
Tidak berapa lama, seorang gadis yang cantik datang, gadis yang selalu membuat aku terpesona kepadanya, gadis yang sudah duduk disamping aku selama hampir 2 bulan ini. dan gadis yang sudah memenuhi ruang hatiku juga.

“annyeong kim bum”
“annyeong so eun.. kau kenapa bisa ada dirumahku so eun ah?”
“ohh itu.. aku mulai sekarang adalah guru les private kamu.. dan mulai sekarang juga aku akan mengajarimu semua pelajaran yang tidak kamu bisa, jadi kalau ada soal yang tidak kau bisa, bisa kau tanyakan kepadaku” kata so eun sambil tersenyum lalu duduk di kursi yang dikamarku (disini ceritanya mereka belajarnya didalam kamar ya).
“bagaimana bisa kau yang jadi guru les private aku?”tanya kim bum yang bingung bercampur senang.
“ohh itu.. tadi waktu istirahat aku di panggil ke ruang guru dan ternyata ada ayahmu disana, ayahmu menjelaskan kepada guru dan aku kalau kau kesusahan belajar dan kesusahan untuk bisa memahami apa yang guru kamu jelasin.. sebenarnya tadi ayahmu bertanya pada wali kelas kita bu hye sun siapa murid terpintar di sekolah ini, jadi bu hye sun menjawab aku, terus aku diminta jadi guru les kamu.. sebenarnya aku juga tidak tolak jadi guru les private kamu apalagi selama ini pekerjaan aku emang guru les” jelas so eun.
“nah sekarang karena aku sudah jelasin, ayo kita mulai belajarnya, sekarang kau mau belajar apa dulu bum? Pelajaran yang paling tidak kau bisa menurutmu” sambung so eun.
“hmm sepertinya akuntansi saja, apalagi kemarin akuntansi aku dapat nilai rendah”
“baiklah kalau gitu, kita buka halaman 23 ya tentang kartu persediaan”

Kim bum dan so eun nampak mulai serius belajar, so eun berkali-kali menjelaskan kepada kim bum yang dia tidak ngerti sampai dia ngerti.

Tidak terasa kim so eun sudah menjadi guru les kim bum selama 3 bulan dan sekolah juga sudah mulai mengadakan ujian nasional. Kedekatan so eun dan kim bum mulai nampak makin hari.

Besok adalah hari terakhir ujian, nampak so eun yang bersemangat untuk mengajari kim bum, pasalnya so eun tetap saja kerumah kim bum walaupun sedang hujan deras.

“so eun?”kaget kim bum.
“annyeong kim bum” kata so eun sambil gemetaran karena kedinginan dan seluruh tubuh so eun basah.
“astaga.. so eun, kenapa kau masih datang hujan-hujan begini? Kalau nanti kau sakit bagaimana?” kata kim bum yang khawatir dengan keadaan so eun.
“hehe aku tidak apa-apa kok, YAA.. aku ini mau kau mendapat nilai yang tinggi makanya aku datang”
“hmm ya sudah, kalau gitu kamu sekarang mandi dikamar aku terus aku bakal beri kau pakaian aku”

15 menit kemudian, so eun keluar dari kamar mandi kim bum dengan mengenakan pakaian kim bum. Kemeja kim bum nampak besar di tubuh so eun yang kecil. Kim bum hanya dapat menelan ludah ketika melihat tubuh so eun yang nampak seksi di kemejanya.

So eun mulai menerangkan lagi pelajaran untuk ujian besok. Kim bum bukannya mendengarkan tapi malah sibuk melihat tubuhnya so eun yang seksi.
“heyy kim bum ah? Kau sudah ngerti bukan apa yang tadi aku jelasin?”tanya so eun.
“hah? Apa? Ohh.. iya” jawab kim bum.
“so eun ahh.. kau sudah menjadi guru les aku selama 3 bulan ini dan selalu mengajariku tentang pelajaran, sekarang giliran aku 1 hari yang menjadi gurumu” sambung kim bum.
“hah? Maksudnya? Aku tidak mengerti bum ah” jawab so eun yang masih bingung.
Kim bum mendekatkan wajahnya ketelinga so eun dan membisikkan sesuatu.
“sekarang aku yang akan menjadi gurumu dan akan mengajarimu tentang seks, kau begitu menggoda dan itu adalah salahmu karena sudah membangkitkat nafsuku so eun” bisik kim bum di telinganya.

Deg.. so eun nampak kaget tapi sejurus kemudian kim bum langsung melumat bibir so eun. so eun nampak memberontak dan menolak ciuman kim bum.

dan mereka nampak ngos-ngosan setelah selesai bercinta. kim bum menghapus keringat so eun dan mencium bibir so eun dengan perasaan sayang.

“I love you” kata kim bum sambil menselimuti tubuh mereka berdua yang naked.

Pukul 9 malam. So eun terbangun dari tidurnya lalu bergegas mengenakan pakaiannya yang tadi basah karena hujan di kamar mandi kim bum lalu dengan cepat pulang karena dia masih harus merawat ibunya.

Keesokan harinya

Ujian sedang berlangsung. Kim bum mengerjakan soal-soal itu dengan teliti dan cermat. Ketika ujian sudah berakhir, kim bum dengan cepat keluar ruangan lalu pergi keruangan so eun tapi so eun sudah tidak berada di ruangannya (disini ceritanya kelas ujian mereka beda ya).
Hari-hari berikutnya tidak nampak so eun, so eun seperti di telan bumi. Sudah 1 bulan dia tidak melihat so eun.
Apa karena perbuatan aku malam itu? aaaarrggghh sial.. seharusnya aku bisa menahan nafsuku dan tidak menyentuhnya, teriak kim bum frustasi. Kim bum juga sudah menyelesaikan SMA’nya dengan nilai yang sangat memuaskan berkat so eun.
Tok tok tok
Pintu kamar kim bum diketuk.

“masuk saja” teriak kim bum.
“kim bum ahh.. appa dan eomma mau berbicara sesuatu denganmu” kata appa kim bum.
“emang berbicara tentang apa?” tanya kim bum cuek.
“appa dan eomma mau menjodohkan kamu dengan anak asisten appa, dia adalah asisten appa yang sangat setia dan baik tapi sayangnya dia sudah meninggal dan karena appa sangat ingin membalas perbuatannya jadi appa mau menjodohkan kamu dengan putrinya, lagian appa juga sudah melihat putrinya, dia anak yang baik dan pasti bakal cocok dengan kamu” jelas appa kim bum.
“aniyo appa, aku sudah mencintai seorang wanita dan aku tidak bisa dan lagian aku masih muda dan baru lulus SMA” kata kim bum.
“jangan melawan permintaan appa, pokoknya kamu harus menikah dengan dia dan pernikahan kalian sudah appa siapkan, 1 minggu lagi kamu akan menikah dengan putri asistennya appa. Emangnya kenapa kalau kamu masih muda? Yang pentingkan appa tidak memintamu menikah pas kau masih duduk di bangku sekolah”
“tapi appa..”
“tidak ada tapi-tapian.. siapkanlah dirimu karena pernikahan kamu 1 minggu lagi”
Appa dan eomma kim bum lalu keluar dari kamar kim bum. Kim bum hanya dapat duduk di tepi ranjangnya, frustasi, itulah yang dia rasakan. Dia sudah kehilangan so eun dan sekarang dia mesti menikah dengan wanita yang tidak pernah dikenalnya. So eun ahh.. sebenarnya kamu kemana? Aku hanya mau menikah dengan kamu.

Hari H

Kim bum berdiri didepan altar sambil menunggu pengantin wanitanya datang.. tidak berapa lama pengantin wanita itu pun datang. Kim bum kaget melihat siapa wanita yang akan dinikahkan ayahnya kepadanya.
“so eun?” bisik kim bum.
So eun hanya tersenyum manis kepadanya dan tidak berapa lama kim bum pun ikut tersenyum kepadanya. Setelah mengucapkan janji suci mereka, Mereka pun berciuman dengan rasa sayang di depan para tamu-tamu.

>>>>>>>>>

Malamnya di rumah kim bum. Nampak kedua pengantin baru yang di kamar kim bum. So eun menyandarkan kepalanya di dada bidang kim bum sambil memainkan jari-jarinya kim bum.
“so eun ahh, bisa kau jelaskan kenapa waktu itu kau menghilang dan bagaimana juga bisa kau yang dijodohkan oleh appaku? “ tanya kim bum.
“hmm sebenarnya waktu itu eommaku sudah sakit parah, aku meminta tolong kepada appamu untuk meminjam biaya untuk pengobatan ibu.. ayahmu yang tahu ibuku siapa lalu memberikan kami uang untuk keluar negeri mengobati penyakitnya ibu.. aku bisa dijodohkan kepadamu karena dulu ayahku bekerja sebagai asisten kepada appamu dan appamu meminta aku menikah dengan kamu, katanya sebagai balasan kebaikan dan jasa yang sudah ayahku berikan kepada ayahmu dan perusahaannya jadi aku menerima tawaran ayahmu apalagi tahu kalau yang dijodohkan kepadaku adalah orang yang aku cintai” jelas so eun sambil tersenyum
“benarkah? Padahal aku sudah hampir gila karena memikirkanmu kemarin karena aku pikir kau marah sama aku karena sudah menyentuhmu”
“haha dasar pabbo”
“apa? Kau bilang aku bodoh, aku sudah lulus dengan nilai memuaskan dan tidak bodoh lagi jadi kamu harus menerima akibat karena sudah mengatakan aku bodoh guru kim so eun” kata kim bum sambil mengeluarkan senyum evilnya.
Kim bum langsung menindih tubuh so eun dan menciuminya lalu menutupi mereka berdua dengan selimut.

The End



mian kalau jelek dan terkesan mau cepat-cepat.. mau cepat-cepat di kelarkan jadi ndak ada hutang deh dengan readers :D
hahaha

I Love You My Private Teacher (part 1)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: I Love You My Private Teacher
Genre: Romantic, Friendship
Cast: Kim Sang Bum, Kim So Eun



Aku hanya dapat terduduk dilantai sambil melihat wajah ibuku yang sedang tertidur. Ibuku sedang sakit sekarang dan uangku tidak cukup untuk membeli obat untuk ibu. Aku Cuma tinggal bersama ibuku dan ayahku sudah lama meninggal. Perekonomian kami sangatlah kurang sejak ayahku meninggalkan aku dan ibuku apalagi dengan keadaan aku yang masih SMA kelas 3 sekarang. Dulu perekonomian kami tidak seburuk ini karena ayahku masih bekerja di perusahaan Kims yang sangat besar tapi sekarang ayah sudah meninggal. Aku anak satu-satunya dan karena aku anak satu-satunya jadi aku yang mesti jadi tulang punggung keluargaku sekarang ini. aku sehari-hari bekerja sebagai guru les karena otakku yang emang lumayan encer, aku sering menjadi juara 1 di sekolahku dan aku juga sering menang lomba sehingga aku sering mendapatkan beasiswa, jadi itu bisa mengurangi sedikit bebanku sekarang ini.

Aku pergi kesekolah dengan semangat karena aku memang senang dengan yang namanya sekolah, belajar, buku dan sebagainya yang terkait tentang itu. sesampai di sekolah, aku disapa beberapa teman baikku dan salah satu teman baikku mengatakan hari ini ada anak pindahan dari jepang dan kemungkinan akan 1 kelas nantinya dengan kami.

Bel berbunyi bertanda kelas sudah masuk. Tidak berapa lama wali kelas kami, bu hye sun pun masuk.

“selamat pagi anak-anak” kata bu hye sun.
“pagi bu”
“hari ini kalian akan kedatangan teman baru yang dari jepang”

Tidak berapa lama seorang murid laki-laki masuk ke kelas kami. dia lumayan tampan, badannya sangat tinggi dan besar. Murid-murid cewek di kelasku spontan berteriak ketika melihat namja itu. namja itu dengan cueknya ke samping ibu hye sun.

“nah, sekarang kamu perkenalkan namamu kepada teman-temanmu nak” kata bu hye sun.
“nama aku Kim Sang Bum tapi kalian dapat memanggil aku dengan panggilan kim bum, senang bertemu dengan kalian” kata kim bum sambil memperkenalkan dirinya.
“ohh bukannya kamu dari jepang? Tetapi sepertinya bahasa koreamu bagus” tanya bu hye sun.
“ohh ne? sebenarnya aku bukan orang jepang, aku asli korea tetapi waktu itu aku mengikuti orang tuaku untuk bersekolah disana jadi aku tinggal disana dan karena orang tuaku ada urusan di korea jadi aku pindah lagi ke korea” jelas kim bum.
“ohh ternyata begitu.. baiklah sekarang, kamu duduk di sampingnya so eun ya” kata bu hye sun sambil menunjuk kearahku.
“tapi bu? Disamping aku kan sudah ada moon geun yang? Bagaimana kalau nanti dia masuk?” protesku.
“hari ini kan moon geun yang tidak masuk, jadi tidak apa-apa kalau kim bum duduk disampingmu, kalau moon geun yang sudah masuk nanti ibu akan mengatur tempat duduk baru untuk dia” jelas bu hye sun.
“ne bu” kataku.

Kim bum berjalan kearah tempat dudukku dan duduk disampingku. Selama pelajaran berlangsung kami berdua berdiam dan tidak bicara sepatah katapun. Awas kau moon geun young, karna kau tidak masuk jadinya aku mesti duduk dengan namja ini nih, omel ku dalam hati. Aku melirik kea rah namja yang duduk disampingku, aku lihat sepertinya dia agak kesusahan dalam mengerjakan tugas Matematika itu. sebenarnya aku agak kasihan melihat dia mengerjakan tugas itu tapi karena dia tidak mau minta bantu aku jadinya aku tidak bantuin dia. Bel tanda pulang berbunyi, seharian aku diam seperti orang bodoh waktu duduk dengan namja yang bernama kim bum itu. akhirnya aku jalan kaki pulang kerumah dan sampailah aku dirumahku yang kecil ini.

Kim Sang Bum Pov

Hari pertama aku di sekolah baru aku benar-benar menyenangkan sekaligus menyebalkan. Menyenangkan karena wanita di satu sekolah itu semua mengagumi ketampananku dan menyebalkan karena dari semua wanita di sekolah yang mengagumiku hanya wanita yang duduk disampingku yang tidak. Aku agak bosan waktu didalam kelas itu karena wanita itu dan aku tidak berbicara sedikitpun. Aku juga agak kesusahan dalam mengerjakan tugas yang di beri oleh bu hye sun tadi, sebenarnya aku mau bertanya ke wanita yang duduk disampingku karena aku lihat dia begitu cepat mengerjakan semua tugas itu. tapi aku malu mau bertanya dengan dia karena pasti aku dipikir bodoh karena tidak dapat mengerjakan tugas itu.