Laman

Senin, 01 Juli 2013

Breaking Dawn Part 10 (Versi Bumsso)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking dawn Part 10 (Versi bumsso)
Genre: Romantic
cast:
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).


Hiburanku menjadi prioritas utamaku di pulau Kim. Kami pergi menyelam, menjelajahi hutan kecil, mengelilingi puncak kecil berbatu, melihat-lihat burung beo yang menghuni kerindangan pohon di selatan pulau.

Kami berenang bersama penyu-penyu yang bermain di perairan dangkal yang hangat disana. Atau setidaknya aku yang bermain karena ketika kim bum masuk ke dalam air, penyu-penyu itu langsung menghilang seolah-olah melihat hiu.

Aku tahu apa yang terjadi. Dia berusaha menyibukkanku, mengalihkan perhatianku agar aku tidak memintanya terus dari masalah bercinta. Setiap kali aku membujuknya untuk santai dan nonton salah dari sejuta DVD yang tersimpan dibawah TV plasma berlayar besar, dia akan merayuku keluar rumah.

Kira-Kira seminggu setelah kami sampai di pulau Kim, aku memutuskan untuk mencoba berkompromi. Dulu toh kami bisa melakukannya.
Sekarang aku tidur dikamar biru. Petugas kebersihan baru akan datang besok, jadi kamar putih masih diselimuti bulu-bulu putih. Kamar biru lebih kecil, tempat tidurnya lebih proporsional. Dinding-dindingnya berwarna gelap, berlapis panel kayu jati dan perabotnya berlapis sutra biru mewah.

Aku sudah terbiasa mengenakan sebagian koleksi lingerie pilihan Park Shin Hye untuk tidur  malam, itu tidak seterbuka celana-celana bikini minim yang dia kemaskan untukku. Aku jadi penasaran apakah dia mendapat penglihatan (kekuatan supernatural Park shin hye) mengapa aku akan menginginkan benda-benda itu. aku bergidik karena malu akan pikiran itu.

Mula-mula aku mengenakan pakaian satin putih gading yang sopan, khawatir kalau aku mengenakan pakaian dalam yang lebih terbuka, itu justru tidak akan membantu, tapi aku siap mencoba apa saja untuk kim bum kembali bercinta denganku.

Kim bum seolah tidak memerhatikan, seakan-akan aku memakai kaus using yang seperti biasa aku pakai dirumah.
Memar-memarku sekarang sudah jauh lebih baik dan mulai menguning di beberapa tempat dan bahkan beberapa sudah menghilang. Jadi malam ini aku mengeluarkan salah satu pakaian dalam yang potongannya lebih menantang, yang sudah aku siapkan di kamar mandi berpanel. Pakaian dalam itu berwarna hitam, berenda dan membuatku malu saat melihatnya, bahkan sebelum dipakai. Aku berhati-hati agar tidak melihat bayanganku di cermin sebelum masuk kembali ke kamar. Aku tidak mau kehilangan keberanian.

Puas rasanya melihat mata kim bum membelalak sedetik sebelum akhirnya dia bisa mengendalikan dirinya.
“menurutmu bagaimana?” tanyaku berputar-putar genit agar dia dapat melihat setiap sudut dari tubuhku.
Kim bum berdeham-deham. “kau cantik, kau memang selalu terlihat cantik”.
“gomawo” sahutku agak masam.

Aku terlalu capek untuk tidak cepat-cepat naik ke tempat tidur empuk ini. kim bum memelukku dan menarikku ke dadanya tapi ini sudah biasa, terlalu gerah untuk tidur tanpa tubuhnya yang dingin mendekapku.

“aku akan membuat kesepakatan denganmu” kataku dengan suara mengantuk.
“aku tidak mau membuat kesepakatan apa-apa denganmu” kata kim bum.
“kau bahkan belum mendengar perkataanku”
“tidak perlu”
Aku mendesah. “sial padahal aku benar-benar ingin….. oh sudahlah”
Kim bum memutar bola matanya.
Aku memejamkan mata dan membiarkan umpan itu menggantung-gantung di matanya. Aku menguap.
Hanya butuh 1 menit untukku tertidur, mungkin.
“baiklah apa yang kau inginkan so eun ah?”
Aku menggertakkan gigi sebentar, sekuat tenaga menahan senyum. Satu hal yang tidak dapat ditolaknya adalah kesempatan memberikanku sesuatu.
“ne.. setelah aku pikir-pikir….. aku tahu masalah Dartmouth itu seharusnya hanya jadi alas an untuk menutupi hal sebenarnya, tapi jujur saja, kuliah selama satu semester mungkin tidak ada ruginya”kata ku meniru kata-kata yang pernah dia ucapkan sekian waktu lalu, ketika dia berusaha membujukku menunda keinginanku menjadi vampire. “berani taruhan, appaku pasti senang sekali kalau aku ceritakan tentang pengalaman-pengalaman kuliah di Dartmouth. Memang sih bakal memalukan kalau aku tidak dapat mengimbangi mahasiswa-mahasiswa genius disana. Tapi tetap saja… delapan belas, Sembilan belas, tidak terlalu banyak bedanya. Bukan berarti sudut-sudut mataku bakal keriput bukan?”

Kim bum terdiam lama sekali dengan suara pelan dia berkata “kau mau menunggu, kau mau tetap menjadi manusia”.
Aku sengaja diam, membiarkan dia mencerna baik kata-kataku.
“mengapa kau melakukan ini padaku?” sergah kim bum dari sela-sela giginya yang terkatup rapat, nadanya tiba-tiba marah.
“apa semua ini belum cukup menyulitkan?” dengan kasar dia menyambar renda-renda yang menghiasi pahaku. Sesaat aku sempat berpikir dia akan mengoyakkannya tetapi tiba-tiba saja tangannya melemas. “sudahlah tidak apa-apa, aku tidak mau membuat kesepakatan denganmu”.

“aku ingin kuliah” kataku.
“tidak, kau tidak ingin kuliah, itu tidak sepadan dengan mempertaruhkan nyawamu lagi, tidak sepadan dengan menyakitimu”.
“padahal aku benar-benar ingin kuliah, sebenarnya bukan kualiah yang aku inginkan, aku hanya ingin menjadi manusia sedikit lebih lama”.

Kim bum memejamkan matanya dan menghembuskan nafas lewat hidungnya. “kau membuatku gila so eun, bukankah kita sudah memperdebatkan ini jutaan kali, kau selalu memohon-mohon agar secepatnya menjadi vampire”.
“memang tapi… aku mempunyai alasan mengapa aku ingin menjadi manusia, alasan yang tidak pernah kumiliki sebelumnya”.
“alasan apa itu?” tanya kim bum.
“tebak saja.” Kataku lalu menyeret tubuhku dari tumpukan bantal untuk menciumnya.
Dia membalas ciumanku, walaupun sikapnya belum menunjukkan bahwa aku menang. Lebih tepatnya, dia seperti berhati-hati agar tidak menyakiti perasaanku. Dengan lembut dia menjauhkan tubuhnya beberapa saat kemudian dan mendekapku kedalam dadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar