Laman

Rabu, 17 Juli 2013

Breaking Dawn Part 12 (Versi Bumsso)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking dawn Part 12 (Versi bumsso)
Genre: Romantic
cast:
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hee ( Esme), So Seung Hoon (Carlisle).



Tak lama kemudian aku terbangun dalam keadaan shock, mimpiku begitu nyata… begitu hidup, begitu menggugah pancaindra.. aku terkesiap dengan suara keras, aku bingung dengan kamarku yang gelap.

“So eun?” kim bum berbisik, kedua lengannya memelukku erat-erat, mengguncangku lembut. “kau tidak apa-apa sayang?”.
“oh”. Aku terkesiap. Ternyata hanya mimpi, tidak nyata. Yang sangat mengherankan air mata meleleh begitu saja dari mataku, mengalir begitu deras di wajahku.

“so eun?” seru kim bum, suaranya sekarang lebih keras, nadanya cemas. “ada apa?” dia menyeka air mata dari pipiku yang panas dengan jari-jarinya yang dingin.
“itu hanya mimpi”. Aku tidak mampu meredam sedu sedan yang memecahkan suaraku.
“tidak apa-apa sayang, kau baik-baik saja, aku disini” kim bum berusaha menenagkanku “kau mimpi buruk lagi ya?”
“bukan mimpi buruk” aku menggeleng-geleng, menggosokkan punggung tanganku ke mata “tapi mimpi yang bagus sekali”.
“kalau begitu kenapa kau menangis?” tanya kim bum terheran-heran.
“karena aku terbangun” rengekku sambil memeluk leher kim bum erat sekali.
“kalau begitu tidurlah lagi sayang, sekarang masih malam”
“ne”.
Aku terbangun dengan keadaan berantakan sekali. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Aku terduduk di tempat tidurku yang luas.
“so eun?” panggil kim bum.
“ne?”
Tiba-tiba kepalaku pusing sekali. Aku memegang kepalaku yang terasa pusing.
“so eun ah? Gwenchana?” tanya kim bum.
“ne.. aku tidak apa-apa”.
“kau tidur lama sekali so eun, kau tidur 12 jam’’.
“mwo? 12 jam?”
“ne”
“bagaimana aku bisa tidur selama itu? hmm mungkin aku terlalu capek” kataku.

Aku pun ke kamar mandi dan membersihkan diri dan dengan biasa, kim bum menyiapkan sarapan untukku dengan persediaan makanan yang seadanya di pulau kim ini.

>>>>>>>>>

Barisan sosok hitam mendekatiku, menembus kabut yang menyelubungi bagai jubah. Aku bisa melihat mata mereka yang merah tua berkilat penuh gairah, penuh nafsu membunuh. Bibir mereka tertarik kebelakang, memamerkan gigi mereka yang tajam dan basah, sebagian menggeram, sebagian terseyum.

Kudengar bocah dibelakangku merintih, tapi aku tak bisa menoleh untuk menatapnya. Walaupun ingin sekali memastikan dia aman, aku tidak boleh mengalihkan perhatianku sekarang.

Mereka melayang semakin dekat, jubah hitam mereka berkibar-kibar pelan. Kulihat tangan mereka melengkung membentuk cakar seputih tulang. Mereka beringsut memperlebar jarak, bersiap menyerbu kami dari segala sisi, kami dikepung. Kami bakal mati.

Kemudian bagai ledakan cahaya senter, seluruh latar itu berbeda. Meskipun begitu, tidak ada yang berubah, keluarga volturi masih maju menghampiri kami, siap membunuh. Yang benar-benar berubah hanya bagaimana gambar itu tampak olehku. Tiba-tiba aku benar-benar menginginkannya. Aku ingin mereka menyerang. Kepanikan berubah menjadi nafsu haus darah saat aku merunduk, senyuman tersungging di wajahku dan geraman terlontar dari sela-sela gigiku yang terpampang.

Aku terbangun dan terduduk shock karena mimpiku. Ruangan gelap gurita. Hawa juga sangat panas. Keringat terasa lengket di pelipisku dan mengalir menuruni leherku. Tanganku menggapai-gapai di seprai yang panas dan dari tempat tidur kosong.
Jari-jariku menemukan sesuatu yang halus, datar, dan kaku. Selembar kertas dilipat. Aku mengambilnya dan berjalan sambil meraba-raba saklar lampu.
Dibagian luar kertas tertulis Ny.Kim

Aku berharap kau tidak terbangun dan menyadari aku tidak ada tapi kalaupun kau terbangun , aku akan segera kembali.
Aku hanya pergi sebentar ke daratan untuk berburu.
Tidurlah lagi dan aku pasti akan segera kembali saat kau bangun lagi nanti. Aku mencintaimu.

aku mendesah. Kami sudah 2 minggu disini jadi seharusnya aku sudah menduga bahwa suatu saat kim bum akan pergi. Tapi masalahnya aku memang sedang tidak memikirkan waktu. Kami seperti berada diluar jangkauan waktu disini, menjalani hidup yang sempurna.

Aku prig kedapur dan sampai didapur aku memutuskan mungkin aku membutuhkan makanan pelipur lara. Aku mengaduk-aduk isi kulkas sampai menemukan semua bahan untuk membuat ayam goring. Bunyi letusan dan desisan ayam goring di penggorengan terdengar begitu menyenangkan.

Bau ayam goring begitu lezat sampai-sampai aku sudah tidak sabar lagi dan memakannya langsung dari penggorengan. Akibatnya lidahku terbakar, namun pada gigitan kelima atau keenam, ayam gorengnya sudah mulai dingin sehingga aku mulai bisa merasakannya. Kunyahanku melambat. Apakah ada yang aneh dengan rasanya? Kuperiksa dan kulihat dagingnya sudah berwarna putih seluruhnya, tapi aku bertanya-tanya apakah ayam ini benar-benar sudah matang. Kucoba makan segigit lagi, aku mengunyah dua kali. Ugh.. benar-benar tidak enak. Aku melompat dan memuntahkannya ke bak cuci piring. Tiba-tiba bau ayam bercampur minyak membuatku mual. Kuambil piring dan kubuang isinya ke tong sampah, lalu kubuka jendela-jendela untuk menyingkirkan baunya. Angin sejuk berembus diluar, terasa nyaman membelai kulitku.

Aku sangat lelah tapi aku tidak ingin kembali ke kamar yang gerah.


TBC...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar