Author: Chintami ( Mediyanti Christin)
Judul : Breaking Dawn ( Versi Bumsso)
Genre: romantic
Cast: Kim Bum, Kim so eun, Lee Sung Min
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee
SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon (
Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).
Aku sudah cukup sering mengalami peristiwa ketika aku nyaris
mati, tapi bukan berarti dengan begitu aku jadi terbiasa. Namun anehnya,
lagi-lagi aku harus berhadapan dengan kematian, dan tidak bisa mengelak
darinya.
Meski begitu kali ini sangat berbeda dari yang suda-sudah. Kau bisa melarikan diri dari orang yang kau
takuti, kau bisa melawan orang yang kau benci. Semua reaksiku siap menghadapi
pembunuh-pembunuh semacam itu, para monster, para musuh.
Tapi bila kau mencintai orang yang membunuhmu, kau tak punya
pilahan lain, bagaimana kau bisa melarikan diri?. Jika kau melakukannya berarti
mencelakakan orang yang kau cintai? Bila nyawamu satu-satunya yang harus kau
berikan untuk orang yang kau cintai, bagaimana mungkin tidak kau memberikannya?
Bila itu orang yang benar-benar kau cintai?.
>>>>>>>>>
BERTUNANGAN
Tak ada yang menatapmu, aku meyakinkan diriku sendiri. Tak
ada yang menatapmu, tak ada yang menatapmu. Tapi karena aku tidak pintar
berbohong bahkan pada diriku sendiri, aku merasa harus mengeceknya. Sambil
duduk menunggu lampu berubah hijau didepan dari salah satu dari tiga lamu merah
kota ini, aku melirik ke kanan didalam minivannya Mrs. Weber jelas-jelas berputar
menghadapku dan aku bergidik, bertanya-tanya dalam hati mengapa dia tidak
cepat-cepat memalingkan wajah atau terlihat malu. Bukankah tidak sopan menatap
orang? Ataukah aturan itu tidak berlaku terhadapku.
Lalu aku teringat bahwa jendela-jendela mobil ini hitam
pekat sehingga Mrs. Weber mungkin tidak menyadari bahwa akulah yang berada di
balik kemudi, apalagi mengetahui aku memergokinya menatapku. Aku berusaha
menghibur diri dengan kenyataan ia tidak benar-benar bermaksud menatapku
melainkan menatap mobil ini.
Mobilku, ya ampun.
Aku melirik ke kiri dan mengerang. Dua pejalan kaki tertegun
di trotoar, tidak jadi menyebrang gara-gara melongo di belakang mereka, Mr.
Marshall memandang keluar etalase toko souvenir kecilnya dengan mulut
ternganga. Yah, setidaknya ia tidak menempelkan hidungnya ke kaca etalase.
Lampu berubah hijau dan saking terburu-buru ingin kabur dari
situ, aku menginjak pedal gas tanpa berpikir seperti aku menginjak pedal gas
truk chevy tuaku untuk menjalankannya.
Mesin meraung bagaikan macan tutul sedang berburu, dan mobil
melesat begitu cepat hingga tubuhku membentur jok berlapis kulit hitam ini dan
perutku tertekan ke belakang.
“aaarrrgggghhh!” seruku kaget sementara kakiku meraba-raba
mencari rem. Sambil menenangkan diri kusentuh pelan pedal rem.
Seketika mobil terhenti.
Aku tak berani melihat sekeliling untuk mengetahui reaksi
orang-orang. Kalau tadi mereka bertanya-tanya siapa yang mengendarai mobil ini,
sekarang pertanyaan mereka pasti sudah terjawab. Dengan ujung sepatu
pelan-pelan kusentuh pedal gas sedikit saja, dan mobil kembali melesat.
Aku berhasil sampai ke tujuan yaitu pompa bensin. Kalau
bukan karena tanki bensinku nyaris kosong, aku tidak bakal pergi ke kota sama
sekali. Belakangan aku sampai rela meninggalkan kesenangan dan kemudahan hidup,
seperti Pop Tarts dan tali sepatu, hanya karena tak ingin tampil di depan umum.
“Eh nona?” seorang pria memanggilku.
Aku berbalik kemudian berharap tidak melakukannya.
Dua pria berdiri di sebelah SUV mewah dan dua kayak baru
diikat di atapnya. Tak satupun dari mereka menatapku. Keduanya melongo menatap
mobilku. Sejujurnya aku tidak mengerti tapi itu sebenarnya wajar, karena bisa
membedakan mana mobil yang bermerek Toyota Ford, dan Chevy saja aku sudah
bangga. Mobil ini memang hitam mengilat, mulus, dan keren tapi tetap saja
bagiku ini hanya mobil.
“maaf mengganggu tapi boleh tau mobil apa yang kau kendarai
itu?” yang jangkung bertanya.
“eh, Mercedes, bukan?”
“benar,” jawab laki-laki itu sopan, sementara temannya yang
lebih pendek memutar bola mata mendengar jawabanku. “ aku tahu. Tapi aku
penasaran, benerkah itu…. Mercedes Guardian?”
Lelaki itu mengucapkan nama itu dengan sikap takzim.
Firasatku mengatakan, lelaki ini pasti bisa bergaul akrab dengan Kim Sang Bum….
Tunanganku (sebenarnya tidak ada gunanya menyangkal istilah itu karena
pernikahan toh akan dilangsungkan beberapa hari lagi). “mobil itu seharusnya
belum tersedia di eropa” sambung lelaki itu. “ apalagi disini”.
Sementara matanya menyusuri lekak-liku mobilku di mataku
kelihatannya tidak ada bedanya dengan sedan-sedan Mercedes lainnya, tapi tau
apa sih aku? Sejenak aku memikirkan masalahku berkaitan dengan kata-kata
seperti tunangan, pernikahan, suami, dsb.
Rasanya aku tidak mampu menyatukan ketiga kata itu dalam
benakku.
Di satu sisi, aku dibesarkan untuk mengerutkan kening pada
gaun putih mengembang dan buket bunga. Tapi lebih dari itu aku benar-benar
tidak bisa menyatukan konsep suami yang serius, terhormat, dan membosankan
dengan konsepku tentang Kim Sang Bum. Rasanya seperti menempatkan malaikat
dalam posisi akuntan, aku tidak sanggup membayangkan Kim Sang Bum dalam peran
yang paling biasa mana pun.
Seperti biasa, begitu mulai memikirkan Kim Bum, aku langsung
terperangkap dalam fantasi-fantasi yang memusingkan. Lelaki tadi sampai harus
berdeham-deham untuk menarik perhatianku. Ia masih menunggu jawabanku tentang
nama dan asal-usul mobil ini.
“aku tidak tahu” jawabku sejujurnya.
“kau tidak keberatan kalau aku berfoto dengan mobil ini?’’
Butuh sedetik bagiku untuk memprotesnya. “serius nih? Kau
ingin berfoto dengan mobil ini?”
“tentu, tidak ada yang bakal percaya kalau aku tidak punya
buktinya”
“eh, oke, baiklah.”
Dengan sigap kukembalikan slang bensin ke tempatnya lalu
beringsut masuk ke kursi depan untuk bersembunyi, sementara si penggemar mobil
mengeluarkan kamera canggih dari tas ranselnya. Ia dan temannya bergantian
bergaya di depan kap mesin, kemudian mereka mengambil gambar bagian belakangnya
juga.
“aku rindu trukku” aku mengerang sendiri.
Sangat, sangat kebetulan, terlalu kebetulan malah trukku
mengembuskan napas terakhirnya hanya beberapa minggu setelah kim bum dan aku
menyepakati perjanjian kami yang berat sebelah itu, dimana salah satu detail
kesepakatannya adalah bahwa kim bum diperbolehkan mengganti trukku kalau sudah
rusak nanti. Kim bum bersumpah tidak melakukan apa-apa, trukku sudah menjalani
kehidupan yang panjang dan penuh dan kadaluarsa karena sebab-sebab alamiah.
Menurut dia. Dan tentu saja, aku tidak tahu memverifikasi cerita itu atau
bagaimana membangkitkan trukku dari kematian. Mekanik favoritku….
udah lama bnget aqu nyari ff twilight breaking dawn versi bumsso hehehe.. akhirnya nemu jga.. daebaakkkk..
BalasHapus