Laman

Selasa, 11 Juni 2013

Breaking Dawn ( Versi Bumsso) (part 1)

Author: Chintami ( Mediyanti Christin)
Judul : Breaking Dawn ( Versi Bumsso)
Genre: romantic
Cast: Kim Bum, Kim so eun, Lee Sung Min

Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).

Aku sudah cukup sering mengalami peristiwa ketika aku nyaris mati, tapi bukan berarti dengan begitu aku jadi terbiasa. Namun anehnya, lagi-lagi aku harus berhadapan dengan kematian, dan tidak bisa mengelak darinya.
Meski begitu kali ini sangat berbeda dari yang suda-sudah.  Kau bisa melarikan diri dari orang yang kau takuti, kau bisa melawan orang yang kau benci. Semua reaksiku siap menghadapi pembunuh-pembunuh semacam itu, para monster, para musuh.
Tapi bila kau mencintai orang yang membunuhmu, kau tak punya pilahan lain, bagaimana kau bisa melarikan diri?. Jika kau melakukannya berarti mencelakakan orang yang kau cintai? Bila nyawamu satu-satunya yang harus kau berikan untuk orang yang kau cintai, bagaimana mungkin tidak kau memberikannya?
Bila itu orang yang benar-benar kau cintai?.

>>>>>>>>>

BERTUNANGAN

Tak ada yang menatapmu, aku meyakinkan diriku sendiri. Tak ada yang menatapmu, tak ada yang menatapmu. Tapi karena aku tidak pintar berbohong bahkan pada diriku sendiri, aku merasa harus mengeceknya. Sambil duduk menunggu lampu berubah hijau didepan dari salah satu dari tiga lamu merah kota ini, aku melirik ke kanan didalam minivannya Mrs. Weber jelas-jelas berputar menghadapku dan aku bergidik, bertanya-tanya dalam hati mengapa dia tidak cepat-cepat memalingkan wajah atau terlihat malu. Bukankah tidak sopan menatap orang? Ataukah aturan itu tidak berlaku terhadapku.

Lalu aku teringat bahwa jendela-jendela mobil ini hitam pekat sehingga Mrs. Weber mungkin tidak menyadari bahwa akulah yang berada di balik kemudi, apalagi mengetahui aku memergokinya menatapku. Aku berusaha menghibur diri dengan kenyataan ia tidak benar-benar bermaksud menatapku melainkan menatap mobil ini.
Mobilku, ya ampun.

Aku melirik ke kiri dan mengerang. Dua pejalan kaki tertegun di trotoar, tidak jadi menyebrang gara-gara melongo di belakang mereka, Mr. Marshall memandang keluar etalase toko souvenir kecilnya dengan mulut ternganga. Yah, setidaknya ia tidak menempelkan hidungnya ke kaca etalase.

Lampu berubah hijau dan saking terburu-buru ingin kabur dari situ, aku menginjak pedal gas tanpa berpikir seperti aku menginjak pedal gas truk chevy tuaku untuk menjalankannya.
Mesin meraung bagaikan macan tutul sedang berburu, dan mobil melesat begitu cepat hingga tubuhku membentur jok berlapis kulit hitam ini dan perutku tertekan ke belakang.

“aaarrrgggghhh!” seruku kaget sementara kakiku meraba-raba mencari rem. Sambil menenangkan diri kusentuh pelan pedal rem.
Seketika mobil terhenti.
Aku tak berani melihat sekeliling untuk mengetahui reaksi orang-orang. Kalau tadi mereka bertanya-tanya siapa yang mengendarai mobil ini, sekarang pertanyaan mereka pasti sudah terjawab. Dengan ujung sepatu pelan-pelan kusentuh pedal gas sedikit saja, dan mobil kembali melesat.

Aku berhasil sampai ke tujuan yaitu pompa bensin. Kalau bukan karena tanki bensinku nyaris kosong, aku tidak bakal pergi ke kota sama sekali. Belakangan aku sampai rela meninggalkan kesenangan dan kemudahan hidup, seperti Pop Tarts dan tali sepatu, hanya karena tak ingin tampil di depan umum.

“Eh nona?” seorang pria memanggilku.
Aku berbalik kemudian berharap tidak melakukannya.
Dua pria berdiri di sebelah SUV mewah dan dua kayak baru diikat di atapnya. Tak satupun dari mereka menatapku. Keduanya melongo menatap mobilku. Sejujurnya aku tidak mengerti tapi itu sebenarnya wajar, karena bisa membedakan mana mobil yang bermerek Toyota Ford, dan Chevy saja aku sudah bangga. Mobil ini memang hitam mengilat, mulus, dan keren tapi tetap saja bagiku ini hanya mobil.
“maaf mengganggu tapi boleh tau mobil apa yang kau kendarai itu?” yang jangkung bertanya.

“eh, Mercedes, bukan?”
“benar,” jawab laki-laki itu sopan, sementara temannya yang lebih pendek memutar bola mata mendengar jawabanku. “ aku tahu. Tapi aku penasaran, benerkah itu…. Mercedes Guardian?”

Lelaki itu mengucapkan nama itu dengan sikap takzim. Firasatku mengatakan, lelaki ini pasti bisa bergaul akrab dengan Kim Sang Bum…. Tunanganku (sebenarnya tidak ada gunanya menyangkal istilah itu karena pernikahan toh akan dilangsungkan beberapa hari lagi). “mobil itu seharusnya belum tersedia di eropa” sambung lelaki itu. “ apalagi disini”.

Sementara matanya menyusuri lekak-liku mobilku di mataku kelihatannya tidak ada bedanya dengan sedan-sedan Mercedes lainnya, tapi tau apa sih aku? Sejenak aku memikirkan masalahku berkaitan dengan kata-kata seperti tunangan, pernikahan, suami, dsb.

Rasanya aku tidak mampu menyatukan ketiga kata itu dalam benakku.
Di satu sisi, aku dibesarkan untuk mengerutkan kening pada gaun putih mengembang dan buket bunga. Tapi lebih dari itu aku benar-benar tidak bisa menyatukan konsep suami yang serius, terhormat, dan membosankan dengan konsepku tentang Kim Sang Bum. Rasanya seperti menempatkan malaikat dalam posisi akuntan, aku tidak sanggup membayangkan Kim Sang Bum dalam peran yang paling biasa mana pun.

Seperti biasa, begitu mulai memikirkan Kim Bum, aku langsung terperangkap dalam fantasi-fantasi yang memusingkan. Lelaki tadi sampai harus berdeham-deham untuk menarik perhatianku. Ia masih menunggu jawabanku tentang nama dan asal-usul mobil ini.

“aku tidak tahu” jawabku sejujurnya.
“kau tidak keberatan kalau aku berfoto dengan mobil ini?’’
Butuh sedetik bagiku untuk memprotesnya. “serius nih? Kau ingin berfoto dengan mobil ini?”
“tentu, tidak ada yang bakal percaya kalau aku tidak punya buktinya”
“eh, oke, baiklah.”

Dengan sigap kukembalikan slang bensin ke tempatnya lalu beringsut masuk ke kursi depan untuk bersembunyi, sementara si penggemar mobil mengeluarkan kamera canggih dari tas ranselnya. Ia dan temannya bergantian bergaya di depan kap mesin, kemudian mereka mengambil gambar bagian belakangnya juga.
“aku rindu trukku” aku mengerang sendiri.
Sangat, sangat kebetulan, terlalu kebetulan malah trukku mengembuskan napas terakhirnya hanya beberapa minggu setelah kim bum dan aku menyepakati perjanjian kami yang berat sebelah itu, dimana salah satu detail kesepakatannya adalah bahwa kim bum diperbolehkan mengganti trukku kalau sudah rusak nanti. Kim bum bersumpah tidak melakukan apa-apa, trukku sudah menjalani kehidupan yang panjang dan penuh dan kadaluarsa karena sebab-sebab alamiah. Menurut dia. Dan tentu saja, aku tidak tahu memverifikasi cerita itu atau bagaimana membangkitkan trukku dari kematian. Mekanik favoritku….

1 komentar:

  1. udah lama bnget aqu nyari ff twilight breaking dawn versi bumsso hehehe.. akhirnya nemu jga.. daebaakkkk..

    BalasHapus