Laman

Selasa, 11 Juni 2013

Breaking dawn Part 7 (Versi bumsso)

Author: Chintami (Mediyanti Christin)
Judul: Breaking dawn Part 7 (Versi bumsso)
Genre: Romantic
cast:
Kim Bum ( Edward Cullen ), Kim so eun ( Bella Swan), Lee SungMin ( Jacob), Park Shin Hye (Alice), Jang Geun Suk ( Jasper), Ji Yeon ( Rosalie), Seung Ho ( Emmett), Kim Tae Hae ( Esme), So Seong Hoon (Carlisle).


Kim bum meletakkan koper-koper kami di dermaga kemudian berbalik kearahku, menyunggingkan senyuman yang sempurna sambil mengulurkan tangan. Bukannya meraih tanganku dia malah langsung menarikku ke dalam dekapannya.
“bukankah seharusnya kau menunggu hingga kita sampai di ambang pintu? Tanyaku dengan napas terengah sementara kim bum melompat turun dari kapal dengan langkah ringan.

Kim bum nyengir. “ aku selalu cermat melakukan segala sesuatu”.
Mencengkram pegangan dua koper besar sekaligus dengan satu tangan sambil merangkulku dengan tangan satunya, ia menggendongku ke dermaga, menapaki jalan setapak berpasir pucat yang membelah semak-semak gelap.

Beberapa saat keadaan gelap gurita di tengah semak yang seperti hutan belantara, tapi kemudian aku melihat cahaya hangat didepan sana. Begitu menyadari cahaya itu adalah cahaya sebuah rumah, dua benda berbentuk bujur sangkar sempurna dan cemerlang itu ternyata jendela besar yang mengapit pintu depan, demam panggungku menyerang lagi, lebih kuat daripada sebelumnya.
Jantungku bertalu-talu memukul rusukku, dan napasku seolah tersangkut di tenggorokan. Aku merasakan mata kim bum menatap wajahku tapi aku menolak membalas tatapannya. Aku memandang lurus kedepan.

Kim bum tidak bertanya apa yang sedang aku pikirkan, sesuatu yang tidak biasanya terjadi. Kurasa itu berarti dia juga tiba-tiba sama gugupnya dengan aku.

Dia meletakkan koper-koper di bagian dalam teras untuk membuka pintu, ternyata tidak dikunci.

Kim bum menunduk memandangiku, menunggu sampai aku membalas tatapannya sebelum melangkah melewati ambang pintu.

Ia membopongku masuk ke rumah, kami sama-sama terdiam, menyalakan lampu-lampu sembari berjalan. Kesan sekilas tentang rumah itu adalah bahwa ukurannya sangatlah besar untuk pulau sekecil ini dan yang aneh, rumah itu tentu familier. Aku sudah terbiasa dengan skema warna pucat di atas pucat yang di sukai keluarga Kims, rasanya seperti berada dirumah. Tapi aku tidak bisa focus pada hal-hal spesifik. Denyut nadi di belakang telingaku membuat segalanya sedikit kabur.

Lalu kim bum berhenti dan menyalakan lampu terakhir. Ruangan itu besar dan putih.
Kim bum menurunkan aku dari gendongannya.

“aku… akan mengambil koper-koper kita dulu”
Ruangan itu terlalu hangat, lebih pengap daripada hawa tropis di luar. Titik-titik keringat bermunculan di pangkal leherku. Aku berjalan pelan-pelan sampai bisa mengulurkan tangan dan menyentuh kelambu putih lembut itu.

Aku tidak mendengar kim bum kembali. Tiba-tiba jarinya yang sedingin es membelai tengkukku, menghapus titik keringat.
“agak panas disini” kata kim bum dengan nada agak meminta maaf. “kupikir itulah… yang terbaik”.
“cermat” gumamku pelan dan kim bum terkekeh. Nadanya gugup dan itu sesuatu yang jarang terjadi padanya.
“aku berusaha memikirkan sesuatu yang akan membuat ini… jadi lebih mudah” ia mengakui.

Aku menelan ludah dengan suara keras, masih memunggunyinya. Pernahkah ada bulan madu seperti ini sebelumnya?.
Aku tahu jawabannya tidak. Tidak pernah ada.

“aku ingin tahu” kata kim bum lambat-lambat, “apakah…. Pertama-tama.. mungkin kau mau berenang tengah malam bersamaku?” dia menarik napas dalam-dalam, suaranya terdengar lebih santai waktu dia berbicara lagi “ airnya pasti hangat sekali”. Ini jenis pantai yang kau suka.

“kedengarannya menyenangkan” suaraku pecah.
“aku yakin kau membutuhkan waktu manusia sebentar… perjalanan tadi sangat jauh”.

Aku mengangguk kaku. Aku nyaris merasa seperti tidak seperti manusia lagi, mungkin aku memang membutuhkan waktu manusia sebentar.

Bibir kim bum menyapu leherku, tepat dibawah telinga. Dia terkekeh dan embusan napasnya yang dingin menggelitik kulitku yang terlalu panas. “jangan terlalu lama nyonya kim”.
Aku terlonjak sedikit mendengar nama baruku.
Bibir kim bum menyusuri leherku hingga ke pangkal bahu. “kutunggu kau di dalam air”.

Dia berjalan melewatiku menuju pintu kaca yang langsung membuka kearah pantai yang berpasir. Sambil berjalan dia melepaskan kemejanya, menjatuhkannya ke lantai, lalu menyelinap melewati pintu memasuki malam yang diterangi cahaya bulan. Udara malam yang gerah dan asin berputar-putar memasuki kamar di belakangnya.
Apakah kulitku terbakar? Aku sampai harus menunduk mengecek. Tidak, tidak ada yang terbakar. Setidaknya tidak bisa dilihat mata.

Aku mengingat diriku untuk bernapas kemudian bersaruk-saruk menghampiri koper raksasa yang sudah dibuka kim bum di atas rak putih pendek. Itu pasti koperku karena tas kosmetikku berada di tumpukan paling atas dan ada banyak warna pink didalamnya, tapi aku tidak mengenali satupun pakaian yang berada didalamnya. Saat aku mengaduk-aduk pakaian yang terlipat rapi, mencari sesuatu yang nyaman dan familier, celana pendek using, mungkin kulihat ada banyak sekali pakaian dalam satin berenda-renda didalamnya. Lingerie. Lingerie yang sangat seksi, dengan label berbahasa prancis.

Aku tidak tahu bagaimana atau kapan, tapi suatu saat nanti shin hye harus membayar perbuatannya ini.
Menyerah, aku pergi kekamar mandi dan mengintip melalui jendela-jendela panjang yang menghadap kearah pantai. Aku tidak dapat melihat kim bum, aku rasa dia berada didalam air.
Semburan panas kembali menyerang kulitku.

Aku menarik napas dalam-dalam dan menghampiri cermin yang membentang di atas konter panjang. Wajahku persis orang yang ketiduran seharian di pesawat. Aku menemukan sisir dan menyentakkannya dengan kuat ke rambutku yang kusut. Aku menyikat gigi dengan saksama, dua kali. Kemudian aku mencuci muka dan mencipratkan air ke bagian belakang leherku yang terasa panas. Rasanya begitu menyegarkan sampai aku juga membasuh kedua tanganku dan akhirnya aku memutuskan menyerah dan mandi saja sekalian. Aku tahu memang konyol mandi sebelum berenang tapi aku perlu menenagkan diri dan air panas benar-benar bisa diandalkan. Dan mencukur bulu kaki lagi rasanya boleh juga.
Setelah mandi aku menyambar handuk putih besar dari konter dan melilitkannya di bawah ketiak.

Kemudia aku dihadapkan pada dilemma yang belum aku pertimbangkan sebelumnya. Apa yang harus aku kenakan? Bukan baju renang jelas. Tapi rasanya konyol mengenakan pakaian ku lagi. Aku bahkan tidak memikirkan apa yang dikemas shin hye untukku.

Napasku mulai memburu lagi dan tanganku gemetar, hilang sudah efek dari menenangkan diri tadi di kamar mandi. Dan aku bukannya takut karena menurutku kami melakukan kesalahan. Sama sekali tidak. Aku panic karena tidak tahu bagaimana melakukan hal ini.

Tapi kim bumlah yang berada diluar sana, aku membisikkan diriku sendiri agak tidak takut dan jangan menjadi pengecut. Aku yang masih dalam lilitan handuk pun mencoba untuk tenang dan berjalan keluar menyusul kim bum yang sedang berada di pantainya.
Aku sampai di pantai yang beriak pelan, hitam dalam kegelapan mencari kim bum.

Tidak sulit menemukannya. Ia berdiri memunggungiku terbenam hingga sebatas pinggang di air tengah malam, mengadah ke bulan. Dia diam tidak bergerak, kedua tangannya diletakkan di permukaan air. Kupandangi garis-garis mulus punggung, pundak,lengan, leher dan bentuk tubuhnya yang sempurna. Aku melepaskan handukku tanpa ragu, meninggalkannya di pohon bersama pakaian kim bum lalu berjalan memasuki cahaya putih, itu membuat kulitku sepucat pasir.

Aku tidak bisa mendengar suara langkah-langkah kakiku saat berjalan ke tepi air. Tapi kurasa kim bum bisa. Dia tidak menoleh, aku membiarkan ombak pecah di jemari kakiku. Dan mendapati perkiraan kim bum tentang air itu dan benar saja, air itu sangat hangat.

“cantik” kataku menengadah ke bulan juga.
“lumayan” sahut kim bum tidak terkesan. Perlahan-lahan ia memalingkan tubuhnya menghadapku. Mata kim bum tampak perak di wajahnya yang sewarna es. Ia memilin tangannya sehingga bisa mengaitkan jari-jarinya dengan jariku dibwah permukaan air. Air cukup hangat sehingga kulit kim bum yang dingin tidak membuatku merinding.

“tapi aku tidak akan menggunakan kata cantik” sambung kim bum. “tidak kalau kau beridiri disini sebagai pembandingnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar